Jadi benar, ucapan adalah doa. Ucapan yang baik-baik tinggal diaminkan saja. Karena kita tak tahu doa mana yang akan dikabulkan oleh-Nya. Aku selalu mengamini dalam hati ketika teman-teman menjodoh-jodohkan aku dengan Gus Kafi. Termasuk ketika Nada dan Hanik menggodaku sewaktu Gus Kafi sedang membersihkan kamar. Mereka bilang Gus Kafi tengah menyiapkan kamar untukku.
Dan ... Ternyata kamar indah inilah yang selalu dibersihkan Gus Kafi seorang diri. Aku duduk di tepi ranjang bertabur bunga mawar dan melati. Jantungku serupa genderang perang ketika Gus Kafi menggenggam tangan ini.
"Ima ... Syaima Ummu Sinan. Akhirnya kamu menjadi pemilik kamar ini."
Aku terhenyak dan terkesima di satu waktu. Kami saling menatap penuh haru.
"Gus Kafi, akhirnya jenengan tidak hanya menjadi imam subuhku tapi juga imam dunia akhiratku."
Gus Kafi mengecup tanganku. Kurasakan jantungku semakin bertalu-talu.
"Aku dengar loh pas temen-temenmu menggodamu ketika aku bersih-bersih kamar waktu itu."
"Haaaa ... Tajam juga ya pendengaran jenengan," ucapku sambil menutup wajah, malu.
"Waktu itu, aku benar-benar ingin tertawa tapi harus kutahan. Gemas juga ingin menculikmu masuk kamar. Tapi ingat, belum halal."
"Astaghfirullah, Gus."
"Heheheh."