Lola melipat tangan di dada, sekuat tenaga menahan amarah. "Aku memang pernah suka sama Andre dulu! Tapi setelah melihat tanggapan Andre, aku langsung sadar dia tidak ada perasaan apa-apa sama aku!"
 "Kamu seharusnya berusaha lebih keras!" Kala ngotot mempertahankan pendapatnya.
 "Berusaha lebih keras? Supaya kamu puas karena berhasil membuat aku melakukan apa yang kamu inginkan?" Lola semakin berapi-api.
 "Ini semua kan demi kamu!" bentak Kala nyaring.
 "Demi aku apanya? Kamu sudah membuat aku menjadi perempuan sombong terlalu percaya diri yang memaksakan perasaanku kepada orang lain, Kal! Aku tidak mau seperti ini! Aku sudah capek menjalani semua ini!" Lola mengakhiri kalimatnya dengan tajam.
 Kala terdiam. Wajahnya menegang, menanti kalimat lanjutan yang akan keluar dari mulut Lola.
 "Aku tidak butuh kamu," ucap Lola dingin.
 "Ap... apa?" Kala bertanya tak percaya. Wajahnya yang diliputi kemarahan menatap Lola melalui cermin besar di hadapan mereka.
 "Aku-tidak-butuh-kamu, Kala!" jawab Lola tegas, balas menatap tajam.
 "Kamu... tidak butuh... aku...?" Suara Kala mulai melemah.
 "Ya, Kala." Lola memejamkan matanya. "Aku tidak ingin kamu ada di sini lagi. Pergilah. Pergi sekarang juga!"