DUA PULUH SATU TAHUN YANG LALU
"Adiiit, sini, jangan main di dalam gudang. Kotor, Sayang," panggil Kak Anita pada anaknya yang berumur empat setengah tahun.
"Adit mau main Maa ..." jawab Adit dari depan pintu gudang.
"Main apa? Â Di sini aja. Masa mainnya di dalam gudang?"
"Tapiii ... Bujis nggak mau diajak main diluar Ma. Dia maunya di dalam sini."
Seketika, aku dan kakakku menoleh ke arah Adit, yang dengan wajah polosnya balik menatap kami.
"Eem ... Sayang, ada siapa tadi, kata kamu ? Â Di dalam gudang ?" tanya Kak Anita pelan.
"Bujis, Maa."
"Bu - jis ? Â Siapa itu ?"
"Ini lho, temen Adit. Namanya Bujis," Adit tersenyum riang ke arah gudang. Â
Aku dan Kak Anita bertatapan dengan ekspresi horror di wajah masing-masing.