"Iya, pondok ini dibuatkan untukku oleh semua teman-teman saat aku baru datang kesini," jelas Mimi.
"Duhh, Kakak beruntung banget ya ...."
"Iya, aku beruntung bertemu teman-teman yang baik disini. Â Eh, Ann ... kamu ... benar nih, nggak aneh melihatku begini ?" tanya Mimi sembari mempersilakan Ann duduk di salah satu kursi kayu di dekat jendela berbingkai besar yang penuh dihiasi bunga-bunga beraneka warna dalam sebuah pot-pot kecil.
"Nggak tuh Kak," Ann menggeleng yakin.
"Oh iya. Kamu datang dengan siapa tadi ? Armenia ya ? Yaya. Pantas aja kamu sudah nggak aneh lagi melihatku."
Ann tertawa, "Kalaupun tadi nggak bertemu Armenia juga aku pasti nggak akan aneh melihat Kakak."
"Iya yah. Kamu kan pembaca setiaku ya hihihi," Mimi terkikik, "Semua hal ajaib yang kutulis kamu tanggapi dengan sangat rasional."
Mereka berdua tertawa bagai dua sahabat akrab yang telah lama tak bertemu.
"Kakak betah ya, tinggal disini ?" tanya Ann, "Bagaimana sih ceritanya Kakak bisa ada disini ?"
Mimi tersenyum, "Begini ceritanya. Kamu ingat kan Ann, waktu itu di email terakhir aku bilang padamu kalau aku sedang menyelidiki saksi yang pernah hilang ke dunia lain ?" Â
Ann mengangguk.