Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gaia - 5

24 Mei 2018   09:00 Diperbarui: 26 Juni 2018   08:30 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mimi tertawa.

"Ternyata kamu asik banget ya Ann, kalau ngobrol langsung."

"Hehehe, maaf  ya Kak, aku memang banyak omong kalau sudah ketemu dengan orang yang sepemikiran."

"Aku senang kok. Maaf ya, dulu kita belum sempat ketemu. Sekalinya ketemu, wujudku sudah seperti ini."

"Nah, itu juga yang mau kutanyakan sejak tadi. Kenapa wujud Kakak jadi seperti ini ?"

"Oh, iya. Awalnya aku juga nggak menyadari perubahanku kalau para Tetua nggak mengatakannya. Mereka juga menjelaskan alasan para pengelana cahaya melakukannya."

"Kakak dijadikan bahan percobaan ya, Kak ?"

"Nggak, An. Bukan percobaan. Mereka hanya berusaha memperbaikinya. Mataku kan minus duabelas. Mereka berusaha menormalkannya dengan teknologi mereka. Tetapi sepertinya  menimbulkan efek samping pada warnanya, dimana hal itu tidak pernah terjadi pada mereka. Makanya mata hitamku berubah jadi biru.  Sementara itu, kondisi gigiku memang nggak bagus sejak kecil. Kurang kalsium sejak di dalam kandungan, kata dokter dulu. Mereka juga merapikan susunannya, supaya lebih maksimal penggunaannya saat aku makan dan lebih maksimal saat dibersihkan. Kalau tentang warna kulit, mmm ... , aku ini penyandang vitiligo sejak remaja. Tahu soal itu?"

Ann menggeleng.

"Vitiligo itu kelainan pada zat pigmen kulit yang menyebabkan warna kulitku menjadi belang-belang. Kondisi yang membuatku selama bertahun-tahun menjadi orang yang nggak percaya diri. Malu ketemu orang dan malas bergaul. Vitiligo itu awalnya akibat gangguan autoimun, An. Jadi, sel-sel baik di dalam tubuh yang seharusnya bertugas menjaga keamanan dari masuknya sel jahat, malah berbalik menyerang teman sendiri. Salah satu akibatnya ya seperti itu. Sel pigmen yang seharusnya setiap saat memproduksi pigmen, malah saling serang dan akhirnya sebagian dari mereka tidak bisa memproduksi pigmen, yang tampak sebagai bercak-bercak putih. Vitiligo itu bukan penyakit, tapi rasanya lebih menderita daripada orang sakit lho. Bukan penyakit menular, tapi tetap aja orang yang melihat bakalan langsung menjauh. Minimal mengernyit, karena takut tersentuh. Padahal vitiligo itu kan bukan timbul karena kuman. Hanya pigmen yang menghilang dari permukaan kulit. Nggak ada bakterinya seperti problem kulit lainnya, misalnya jerawat. Tapi entah kenapa manusia itu masih lebih memaklumi melihat orang yang jerawatan dibanding yang kulitnya belang. Mau cipika-cipiki sama orang yang wajahnya jerawatan padahal sudah jelas ada bakteri di kulitnya, tapi lihat orang yang kulitnya belang-belang, salaman saja jijik. "

"Mmm, iya. Pernah juga aku melihat orang yang kulitnya belang-belang seluruh tubuh. Memang agak aneh dan ngeri sih ya melihatnya ... padahal kan itu bukan penyakit ya ..." gumam Ann.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun