Mohon tunggu...
yudi howell
yudi howell Mohon Tunggu... Freelancer - Active Social Media User

Female, live in Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakak Perempuan

25 Mei 2020   23:56 Diperbarui: 26 Mei 2020   11:28 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Yudi Howell/ dokpri

Kupandangi ruang tamu yang juga mungil. Hanya ada satu meja kopi dan empat kursi dengan gaya minimalis. Lemari besi dengan pintu-pintu kaca ada di sudut dengan beberapa buku tebal, patung-patung kristal, kurasa dan pigura-pigura kecil dengan foto yang bergantung rapi di tengah-tengah dinding. Ada foto keluarga berempat. Foto sendiri-sendiri. Dari bapaknya, ibuknya, Adrian dan....astaga...foto terakhir ini....

"Tania, ini ibu. Ibu ini Tania." tiba-tiba suara Adrian memecah konsentrasiku.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah ibu Adrian. Perempuan setengah baya itu menatapku tidak berkedip. Dan tiba-tiba dia menangis. Adrian cepat-cepat memapahnya duduk. Aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak tahu mengapa beliau tiba-tiba menangis.

"Ya Tuhan...nak Tania..." kata ibu tersendat-sendat "Kamu mengingatkanku pada kakaknya Adrian."

Secara refleks aku kembali mengalihkan tatapku ke foto terakhir yang aku lihat tadi. Perempuan mungkin lima tahun dibawah usiaku...wajahnya, potongan rambutnya, tinnginya, berat tubuhnya, bajunya, sepatunya...sama persis dengan yang aku pakai sekarang.  

"Itu kakak Adrian. Namanya Kania. Mirip juga dengan namamu. Dia meninggal lima tahun lalu karena kecelakaan pesawat terbang. Dia seorang Pramugari." 

Kutelusuri lagi foto-foto Kania yang sebagian besar bersama dengan Adrian, adiknya. Dari mereka masih kecil,  remaja dan dewasa.  Kubuka album foto yang juga ada di situ. Ya Tuhan...hampir semua bajunya sama dengan bajuku...yang dibelikan Adrian buatku, atau yang dipilih Adrian jika aku meminta sarannya. Sepatunya, gaya rambutnya....Aku disulap Adrian seperti kakaknya. 

"Adrian sangat sayang dengan kakaknya. Mereka tidak pernah terpisah sampai kecelakaan itu terjadi. Untungnya Adrian selamat." cerita perempuan setengah baya itu.

Aku terduduk lunglai. Kali ini aku yang menangis. Bukan menangisi kakak Adrian yang sudah meninggal lima tahun lalu. Tapi karena aku menemukan alasan yang sesungguhnya  Adrian menyukai aku.  Pertanyaan yang selama ini telah terpendam menjadi harta karun kami berdua. 

***

Yogyakarta, 25 Mei 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun