"Bukannya kamu juga masih sendiri?" tanyaku serius tanpa pretensi, "Apa kabar dengan Dewi?"
Dewi adalah salah seorang teman kami juga, dia staff di bawahku. Bisa dibilang, aku atasannya. Sebagai atasan, aku sering mendatangi mejanya. Suatu ketika tak sengaja kubaca whatsapp web di komputernya yang menyala. Percakapan antara Dewi dengan Adrian. Percakapan yang cukup intim kurasa.
"Kamu membelokkan arah percakapan." kata Adrian, "Kenapa dengan Dewi? Dia baik-baik saja. Sehat. Tadi kubertemu di kantin."
"Bukannya kamu menjalin relasi personal dengan dia?"Â
Adrian tertawa datar.
"Kami berteman. Mengapa menduga begitu?"
"Dia cantik loh. Masih sangat muda, tapi kerjanya bagus."
"Aku tahu," jawab Adrian, "Semua juga tahu kan?"Â
"Kamu suka dia kan?"
Adrian menatapku. Dihirupnya teh panas beberapa saat lalu dia menggeser duduknya ke arahku. Sedikit berani, sih, menurutku. Bagaimana pun juga, Adrian secara struktur kepegawaian masih ada di bawahku. Tapi aku merasa ada yang akan diceritakannya tentang Dewi secara rahasia. Kebetulan, suasana kantin memang agak banyak orang. Beberapa hari terakhir ini, kantor nyaris sepi karena aku memutuskan beberapa pegawai untuk kerja di rumah.Â
"Ada yang mau aku katakan padamu." katanya pelan sekali., "Memang ini seperti kurang ajar."