Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Brilliant Diamond and Shining Pearl (Bagian 6 - Akhir)

14 Mei 2022   20:29 Diperbarui: 18 Mei 2022   15:28 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Sebelumnya di BDSP...
Jihan telah menghabiskan satu bulan di Italia dan berlatih untuk festival seni yang diadakan untuk mendanai konser JRB di Turin. Saat itu dia dipertemukan lagi dengan sang kakak perempuan, Arin. Sementara itu, Keith, Jim, Ron, dan Paul dari Subwoolfer menguak identitas asli mereka dan mengungkap bahwa mereka masing-masing adalah Younghoon, Juyeon, Hyunjae, dan Haknyeon The Boyz. Mereka ternyata berpacaran dengan Sumin, Seeun, Yoon, dan J - sahabat Jihan dan anggota tim pemandu sorak SMA Hammerlocke. Steven, ayah Jihan menerima surat dari putri bungsunya. Karena tidak suka dengan kenyataan putri bungsunya sebulan berada di Italia dengan ibu dan kakak perempuannya, beliau merencanakan sesuatu.

BREAKING NEWS!
JRB terkena skandal.
Jungwon, sang vokalis dituduh melakukan kekerasan seksual terhadap pacarnya dan mengancamnya dengan senjata jika tidak melakukan apa yang diinginkannya.
Sunghoon sang gitaris dan Soeun sang cellis berpacaran dan Sunghoon menghamili Soeun.
Intak dituduh merokok dan minum alkohol ketika masih SMP.
Changwook pernah terlibat balap liar ketika SMA.
Sieun melakukan penggelapan pajak dan prostitusi.

Konser mereka akan menjadi yang terakhir sebelum bubar.
Harap dicatat.

Berita itu tersampaikan ke seantero Italia.

(musik: Monika Liu - "Sentimentai")

H-1 festival seni. Younghoon menghampiri Sumin yang sedang menyelesaikan programnya di kafe.

"Min," kata Younghoon.
"Eh, Younghoon oppa," kata Sumin yang buru-buru menutup laptopnya dan menghampiri sang pacar. "Gimana kabarnya?"
"Saya baik. Bagaimana perkembangan program kamu, Min?" tanya Younghoon. "Ada kendala?"
"Masih 99,5%. Kayaknya ada yang kurang, tapi aku lupa apa... kayaknya ketinggalan di rumah Jihan pas aku lagi nginep di tempatnya," kata Sumin. "Sebentar lagi juga pasti Jihan ke sini dan bawain yang kurang dari program itu."
"Program itu bisa diselesaikan sampai situ. Ada sesuatu yang saya ingin katakan," kata Younghoon.

Younghoon lalu mengajak Sumin mengobrol di lantai dua. Mereka mengobrol sambil minum kopi.

"Kamu mau ngomong apa, oppa?" tanya Sumin.
"Begini... saya kenal baik dengan keluarga Jihan. Saya dulu bekerja dengan Steven, ayah Jihan, di perusahaan komputer sebelum perusahaan tempat kami bekerja bangkrut, dan saya dulu teman sekampus Arin. Saya mengambil jurusan manajemen informatika," kata Younghoon.
"Terus apa hubungannya?" tanya Sumin lagi.
"Kondisi Jihan dan keluarganya kompleks. Steven tidak setuju Jihan pacaran dengan pacarnya yang anak band itu karena anak band biasanya menyusahkan jika sudah menyangkut asmara. Barusan saya menonton berita tentang tuduhan skandal yang dilayangkan kepada JRB. Dan saya tidak tahu kalau yang membuat tuduhan palsu tersebut adalah Steven. Saat ini manajemen JRB sedang menyelidiki kepalsuan tuduhan ini," kata Younghoon panjang lebar tentang keadaan Jihan.
"Terus?" tanya Sumin.
"Tolong pas konser, kamu yakinkan Jihan bahwa konser yang dia akan tonton akan menjadi konser terakhir JRB sebelum mereka bubar," kata Younghoon.
"Maksud kamu?" tanya Sumin, mulai tidak sabar.
"Jihan harus pulang ke ayahnya di Galar. Dia tidak mau putri bungsunya dipermalukan selama di Italia," kata Younghoon.
"Oppa... Jihan ke sini cuman buat ketemu ibunya dan nonton konser terus kamu giniin?" tanya Sumin yang sudah mulai emosi.
"Saya tidak bisa kasih apa yang Jihan mau. Dan kalau Steven tahu tentang keberadaan Jihan di Italia, I'm done," Younghoon mulai sedih. "Ini ceknya. Tolong kamu kasih ke Jihan sepulang dari konser lusa. Tapi rahasiakan ceknya sampai akhir konser."
"You're crazy!" akhirnya Sumin tak dapat lagi membendung air matanya.
"Saya tahu saya gila. Tapi ini yang terbaik untuk kebaikan Jihan. Kalau kamu mau kita terus, lakukan apa yang harus kamu lakukan dan biarkan Jihan mendukung pacarnya untuk terakhir kali sebelum bandnya pecah dan berjalan sendiri-sendiri," kata Younghoon.

Sumin sedih sekali. Dia tidak mau Jihan sedih ketika diberitahu JRB akan bubar karena tuduhan palsu. Tetapi, ini jalan terbaik. Konser hanya dua hari lagi. Dan dalam dua hari, JRB akan menggelar konser terakhir sebelum bubar. Jika Sumin tidak mengikuti apa yang diperintahkan Younghoon, mereka terpaksa putus. Namun Younghoon teramat mencintai Sumin. Dia ingin Sumin mengikuti maunya.

(musik: Nadir Rustamli - "Fade to black")

Sepanjang hari Sumin menangis di pelukan Michael dan Minyoung. Dia mengalami depresi dan gangguan kecemasan di waktu yang sama karena overthinking. Dia tidak siap melepas Jihan terlebih dahulu pulang ke Galar karena sahabat selalu bersama, dari pergi sampai pulang. Jihan dan Sumin berjanji pulang ke Galar bersama. Jihan tinggal di Hammerlocke, Sumin di Hulbury.

Sumin minum obat dan mencari celah untuk diterobos, dan setiap malam dia mengunci diri di kamar dalam kondisi lampu dimatikan dan menadahkan tangannya kepada Tuhan sambil berdoa dan menangis. Programnya tidak diselesaikan karena Younghoon menyuruhnya untuk menghentikan programnya karena waktunya sudah mepet.

Sumin tidak menghiraukan panggilan Minyoung untuk makan malam. Dia sudah tertidur ketika disuruh makan. Bahkan saat dia mandi, yang dia lakukan adalah menangis sejadi-jadinya.

"Aku harus memberitahu Jihan yang sebenarnya..." batin Sumin menghapus air matanya ketika bangun tidur. Dia berusaha tersenyum walaupun dalam hati masih menangis. Matahari terbenam di ufuk barat. Sumin berniat ke tempat tinggal Jihan. Diantar Michael, dia tidak menjawab jika diajak bicara. Yang dia lakukan hanyalah tidur.

Sementara itu, di kantor manajemen JRB.

"Kami sudah berusaha membantah semua tuduhan skandal yang dituduhkan kepada kalian. Jungwon dan Jihan lama berpacaran, namun Jungwon tidak pernah melakukan kekerasan seksual, bahkan tidak pernah mengancamnya dengan senjata. Sunghoon dan Soeun juga lama berpacaran, namun tidak pernah kelewat batas. Intak dikenal sebagai anak yang sopan dan tidak pernah merokok serta minum alkohol ketika masih remaja. Changwook tidak bisa naik motor. Sieun tidak pernah melakukan penggelapan pajak dan prostitusi karena dikenal sebagai anak yang baik hati dan sopan. Namun, kami mohon maaf, karena tuduhan skandal yang bertubi-tubi, dan setelah berdiskusi dengan segenap staf manajemen, dengan berat hati kami sepakat untuk menjadikan konser kalian konser yang terakhir sebelum bubar. Battle of the Bands di festival seni juga resmi dibatalkan," kata Pak Bos.
"Tapi--" kata Jungwon.
"Saya tahu kalian sudah menyiapkan yang terbaik. Namun, warganet maha benar menyuruh kalian untuk bubar karena citra kalian sebagai band rock sudah tercoreng karena serangkaian tuduhan palsu. Sekarang kalian boleh berkemas-kemas, dan besok adalah hari terakhir untuk kalian, saya minta maaf," kata Pak Bos.

Sepanjang perjalanan pulang, JRB mengeluarkan unek-unek mereka. Mereka juga tidak ingin bubar. Jungwon juga ingin konser mereka menjadi konser yang paling spektakuler. Jihan harus datang. Jungwon ingin tampil prima di konser. Demi dia. Dia berusaha tabah dan menghibur teman-teman sebandnya.

(musik: Jeremie Makiese - "Miss you")

"Guys, tenang, tenang. Gue tahu kalian sedih kita harus menggelar konser perpisahan di Turin besok, tapi kita harus tangguh dan tegar. Jihan juga harus datang ke konser kita. Gue pengen dia tahu, kita istimewa di hatinya," kata Jungwon.
"Terus kita ngapain?" tanya Sunghoon.
"Kita latihan gelap-gelapan," kata Jungwon.

Sementara itu, di rumah Jihan...

"Jihan," kata Minkyeung.
"Ya, Ma?" tanya Jihan.
"Mama bersyukur Jihan masih peduli dan sayang ayah. Maafkan mama karena kemarin ngatain ayah brengsek. Jihan juga nggak mau ayah khawatir di Galar, kan?" kata Minkyeung. "Suratmu buat ayah sudah mama baca. Jihan pasti bisa membalas kasih sayang yang kita kasih secara gratis ke Jihan. Jihan akan selalu menjadi bayi kecil mama dan ayah. Mama tarik lagi kata-kata mama yang mana mama tidak berniat menikah. Mama masih cinta ayah juga. Mama ingin menikah lagi."

Jihan dan Minkyeung pun berpelukan. Arin pun ikut berpelukan dengan mereka. Tiba-tiba ada surat. Ternyata dari Sumin. Suratnya berbunyi sebagai berikut:

Dear: Jihan
Sahabatku

Lo free hari ini?
Ke rumah gue yuk
Kita makan malam bareng
Sekalian latihan buat festival seni
Salam

Sumin

Jihan senang sekali mendapat surat tulisan tangan dari Sumin. Dia dan Arin meminta izin untuk pergi ke rumah Sumin. Di rumah Sumin...

"Mana Jihan, nih?" tanya Sumin.
"Masih di jalan. Paling masih mandi. Dia kan kalo mandi cepet," kata Seeun menimpali.
"Ya udah. Pokoknya jangan ada yang makan sebelum Jihan datang. Kasihan J, udah capek-capek masak, yang nyomotin masakannya pasti Haknyeon oppa. Dia kan kalo makan lahap dan pasti habis," kata Yoon.
"Untung hari ini si Mas Pacar lagi diet. Kalo tidak..." kata J.

*TING TONG*

"Min, bukain pintu noh. Pasti Jihan," kata J kepada Sumin.

Sumin membukakan pintu. Ternyata Jihan dan Arin.

"Jihan?!" Sumin terkejut ketika sahabatnya ada di depan pintu. "Ya ampun, ke mana aja?"
"Seharian di rumah. Kebetulan lo ngundang gue buat makan malam. Hari ini spesial, karena ada Arin unnie," kata Jihan.
"Kamu pasti anak Michael Ben David. Senang bertemu. Aku Arin," Arin bersalaman dengan Sumin.
"Sumin. Sumin Ben David," kata Sumin.

Jihan memperkenalkan Arin pada ketiga sahabatnya.

"Unnie, aku pengen unnie kenalan dengan sahabat aku. Ini Seeun," kata Jihan.
"Arin," kata Arin memperkenalkan diri.
"Aku Seeun. Margaretha Seeun Gultom, anak dari pasangan Marianne Yujeong Gultom dan Marius Adikencana Gultom," kata Seeun.
"Ini Yoon," kata Jihan.
"Tangannya kotor, lagi makan, jangan salaman dulu," kata Yoon yang tangannya berlumuran saus sambal karena makan gorengan dengan tangan.
"Dan ini J," kata Jihan lagi.
"Maaf, Anda siapa ya?" tanya J, pura-pura tidak kenal.
"Aku Arin," kata Arin.
"Owh," kata J lagi.
"Aku ke toilet dulu," Arin meminta izin ke toilet karena ingin memakai losion.
Sumin, Seeun, Yoon, dan J mengangguk setuju.

Sebenarnya Jihan risih karena Yoon dan J bersikap tidak sopan terhadap Arin yang lebih tua dari mereka. Namun Sumin meyakinkan Jihan bahwa...

"Ji, Yoon dan J emang gitu. Nggak terbiasa dengan orang asing," kata Sumin.
"Tapi Yoon bisa aja izin cuci tangan dulu. Dan untuk J, dia harus mulai melatih sikap dan menerima tamu dengan lebih hangat. Masak ke Haknyeon oppa aja Arin unnie bisa diterima dengan ramah tapi dapat perlakuan buruk dari J," kata Jihan. Mendengar nasihat itu J menatap Jihan dengan tatapan meminta maaf. Jihan memaafkannya.

Selama makan, Arin merasa kedinginan, walaupun sudah berjaket lengkap.

"Rumah Sumin emang sedingin ini, Ji?" kata Arin.
"Maaf, heater-nya emang lagi rusak. Sumin yang jago mesin-mesinan aja nggak bisa betulinnya," kata Jihan. "Kulitnya nggak takut kering, unnie?"
"Aku udah pake lotion di kamar mandi tadi. Jadi kulit aku tetap lembab," kata Arin sambil menyentuh kulitnya.
"Guys, ayo kita pindah ke rooftop!" kata Sumin.

Jihan, Arin, Sumin, Seeun, Yoon, dan J pindah ke atap rumah Sumin. Di situlah mereka berlatih lagu "Stefania" dan "Give that wolf a banana" untuk terakhir kalinya.

"Lo nyanyi dan narinya bagus banget, Ji!" kata Seeun memuji vokal dan tarian Jihan.
"Besok kita pasti sukses!" kata J.

Arin memperhatikan kehangatan dan keramaian antara Jihan dan sahabat-sahabatnya.

"Rame banget kalian," kata Arin.
"Maaf ya, kami emang serame ini kalo udah kumpul," kata Jihan.

Jihan dkk. pun mengutarakan rencana mereka sepulang dari Italia karena sebulan lagi mereka harus masuk sekolah.

"Setelah pulang dari Italia, gue mau pulang ke Circhester dan latihan nyanyi lagi kalo mau jadi penyanyi profesional yang juga pintar masak. You do this, you do that! Life goes on, bro! Adios!" kata J dengan bersemangat. Kemudian dia terisak mengatakan... "Gue juga bakalan kangen sama lo, Ji... lo kan sahabat gue..." J kemudian memeluk Jihan.
"Lho, lo kenapa nangis, Jey?" tanya Jihan.
"Gue gakpapa..." J meyakinkan Jihan bahwa dia baik-baik saja. "Gue kelilipan..."
"Pokoknya besok kita harus tampil dengan sebaik mungkin! Dana buat konser sebagian buat kita makan-makan pas pulang ke Galar dan ditabung juga! Biar pas dewasa kita bisa pensiun dini! Biar gue bisa deket sama kakek gue... kakek gue baru meninggal tadi... gue pengen ke makam dia dan ngobrol sama dia... hiks..." Sumin akhirnya ikut menangis.
"Min, jangan nangis. Relakan, Min... big girls don't cry..." kata Seeun. Seeun pun memeluk Sumin dan ikut menangis. "Gue juga kangen bokap..."
"Ya ampun, kok gue mau ikut nangis ya, rasanya?" pikir Yoon. "Tapi berkat lo, Ji, kita jadi paham betul arti keluarga. Kita bangga punya sahabat kayak lo yang peduli dan sayang keluarga. Gue janji, kita pasti pulang bareng. Lo bawa nyokap dan unnie lo pulang ke Hammerlocke, bokap lo pasti bangga!" kata Yoon sambil memeluk Jihan.
Sumin, Seeun, dan J pun berhenti menangis dan ikut memeluk Jihan.
"HIDUP JIHAN!" sorak Sumin.
"HIDUP!" sorak yang lain.

Arin tersenyum melihat kehangatan Jihan dkk. Tiba-tiba telepon berbunyi. Ternyata dari Steven.

"Halo? Ayah? Nggih, nggih. Arin di Turin bareng Jihan. Oh ya? Betul? Baik, secepatnya, Yah," kata Arin. "Jihan," Arin memanggil adiknya. Jihan melepaskan pelukannya dan menghampiri Arin.
"Kenapa, unnie?" tanya Jihan.
"Aku pergi dulu," kata Arin.
"Ke mana, unnie?" tanya Jihan lagi.
"Entah, pokoknya aku pergi dulu," kata Arin.

Jihan ternganga.

(musik: Amanda Tenfjord - "Die together")

Ternyata Steven akan datang ke Turin dalam dua hari, memboyong keluarganya kembali ke Galar untuk memarahi Jihan. Arin tidak mau Jihan terus-terusan dimarahi dan jadi kambing hitam keluarga. Arin terus memikirkan kejadian itu setelah pulang ke rumah untuk mandi. Dia membenamkan kepalanya ke dalam bak mandi.

Keesokan harinya...

(musik: Systur - "With the rising sun")

Jihan berniat untuk melakukan pertukaran pelajar ke Italia untuk pendidikan yang lebih baik. Dia akan belajar di Italia selama tahun ketiga SMA. Dia mendaftar ke sebuah sekolah. Dia ditemani Sumin, yang juga ingin melakukan pertukaran pelajar ke Italia untuk belajar ilmu komputer. Mereka tidak berencana ke mana-mana karena mereka buru-buru ke festival seni. Festivalnya digelar siang hari dan akan berakhir pada malam hari.

(ceritanya bahasa Italia)
"Permisi, saya ingin mendaftar untuk program pertukaran pelajar," kata Jihan kepada seorang guru.
"Siapa namamu?" kata guru yang ternyata bernama Signor Sebastiano.
"Saya Jihan Ekaputri Darmadji, dan ini Sumin Ben David. Kami dari Galar," kata Jihan.
"Nama yang bagus. Saya akan berkonsultasi dengan staf akademik di sini jika kalian ingin melanjutkan studi pertukaran," kata Signor Sebastiano.

10 menit kemudian.

"Selamat, kalian diterima di sekolah ini. Selamat menempuh program pertukaran pelajar di SMA Pepperoni," kata Signor Sebastiano.
"Grazie, Signor," kata Jihan sambil berjabat tangan dengan Signor Sebastiano. Sumin juga.

Jihan dan Sumin pun berjalan kaki ke festival seni. Mereka sampai 10 menit sebelum pembukaan. Sudah ramai sekali di sana. Ada Seeun, Yoon, dan J serta keluarga mereka. Keluarga Jihan dan Sumin juga ada di sana. Mereka akan melihat anak dan adik mereka menampilkan yang terbaik. 150+ karya seni buatan Yoon dan Eunji dipajang di festival, dan truk makanan keluarga J ada di sana juga.

Singkat cerita, Jihan dkk. tampil dengan Subwoolfer (yang sebenarnya The Boyz yang kembali mengenakan kostum mereka) di pembukaan. Kemudian Seeun bermain basket di pertandingan eksibisi, dan menang. Setelah itu J menyanyikan lagu dengan gaya Mizrahi dengan Haknyeon sebagai penari latar, sedangkan Sumin menyampaikan presentasi teknologinya yang dia sudah lama ingin sampaikan. Michael dan Minyoung bangga dengan putri tunggal kecil mereka yang berotak teknologi. Mereka bertepuk tangan.

"Dan sekarang... momen yang Anda tunggu-tunggu. Saya akan mendemonstrasikan program buatan saya, WOLFBANANA.com. Selamat menikmati," kata Sumin. Dia menekan tombol di laptopnya dan... programnya tidak berfungsi. Sumin awalnya tidak menghiraukannya, karena dia tahu kesalahan teknis pasti terjadi. Dia berpikir, apa yang kurang dari programnya. Bagian yang kurang dari programnya masih di tangan Jihan, dan dia yakin sebentar lagi Jihan membawakan bagian tersebut.

Namun betapa terkejutnya Sumin ketika sebagai hasil dari kesalahan programnya, hadirin yang menghadiri festival seni berubah menjadi alien serigala berkulit kuning seperti Subwoolfer! Mereka merusak festival dan mencuri semua pisang.

"Astaga..." kata Sumin. Dia langsung keluar dari ruang presentasi dan mencari Jihan. "Jihan! Jihan! Program gue rusak dan sekarang semua orang jadi alien serigala berkulit kuning! Kayak kejadian 28 tahun lalu!" teriak Sumin kepada Jihan.
"Serius lo?" tanya Jihan.
"Beneran! Dia juga ngerusak food truck keluarga J dan menyandera Yoon!" kata Sumin. "Sekarang kita ngapain, Ji? Ya ampun... ya ampun..." Sumin pun panik.
"Min, panik nggak akan nyelesaiin masalah! Ada Arin unnie yang bakalan nolong kita. Dia udah aku ajarin jadi orang yang lebih berani, dan sekarang dia nggak sendirian. Ada enam orang lainnya yang siap melawan pandemonium alien ini!"
"That's right!" kata Arin. Dia ditemani Hyojung, Mimi, YooA, Seunghee, dan Binnie. Jiho sudah keluar dari tim penyelamat luar angkasa Sersan Rowoon karena ingin fokus ke keluarganya. "SERANG!"

(musik: Zdob si Zdub and Advahov Brothers - "Trenuletul")

Pertarungan melawan alien serigala berlangsung seru. Keith, Jim, Ron, dan Paul juga ikut melawan. Tak lupa, Brave Girls ikut mereka, dan kali ini dengan Minkyeung, ibu tercinta Jihan.

Pertarungan berlangsung sampai malam. Setelah selesai, semua kembali normal. Festival seni kembali dilanjutkan. Tiba-tiba...

*PROK PROK PROK*
"Bagus! Bagus! Arin, kau berhasil menemukan kembali keberanianmu yang lama hilang dan melawan musuh terberat dalam dirimu!" Sersan Rowoon memuji keberanian Arin dari jauh. Kemudian Arin menghampiri Sersan Rowoon.
"Sersan, maafkan aku. Aku rasa aku terlalu penakut untuk kembali ke tim penyelamat," kata Arin.
"Kau tidak perlu memanggilku sersan lagi. Sekarang pangkat itu untukmu. Selamat! Kau dan lima temanmu diterima lagi di tim penyelamat," kata Sersan Rowoon - ups, Letnan Rowoon. "Aku tidak akan pernah naik pangkat jadi letnan jika bukan karenamu. Arin, maukah kau jadi istriku...?" Letnan Rowoon kemudian melamar Arin, yang mengisyaratkan mereka berpacaran dan siap melanjutkan kehidupan yang lebih serius.
"Unnie dan Letnan Rowoon...?" kata Jihan.
"Benar sekali. Aku dan Rowoon sekarang berpacaran dan siap membina kehidupan yang lebih baik," kata Arin. "Kami akan menikah dalam dua tahun."
"Dan sampaikan permintaan maafku karena sudah meragukan pacarmu dan bandnya. Mereka calon superstar," kata Letnan Rowoon.

Arin kemudian memeluk Jihan. Kemudian dia berpaling pada Sumin dan...

"Ah, ya. Sumin, lo ketinggalan sesuatu. Ini. Bagian dari program lo yang ketinggalan," kata Jihan sambil memberikan sebuah boneka kecil. Ternyata bagian itu yang hilang dari program Sumin.
"Ternyata ini yang gue cari-cari selama ini. Makasih udah ngasihin bagian yang hilang dari program gue. Lo sahabat terbaik gue," kata Sumin sambil memeluk Jihan. Kemudian dia memasangkan boneka itu ke program di laptopnya dan... voila! Programnya berfungsi. Ternyata WOLFBANANA.com adalah program pengiriman makanan berbasis pisang.

"Ini teknologi canggih. Serba canggih, super duper!" kata Sumin. "Mau banana split?" katanya lagi kepada Jihan.
"Mau banget!" kata Jihan.

Sumin pun mentraktir Jihan dkk. es krim banana split di restoran gelato terdekat dari tempat festival sebelum pulang ke rumah masing-masing untuk tidur.

Keesokan malamnya...

Ini saat yang berbahagia untuk Jihan. Dia akan menonton konser JRB di Pala Alpitour, Turin! Dia sudah menyiapkan semuanya. Bajunya terbaik, kulitnya putih bercahaya, wajahnya dirias cantik, dan rambutnya terurai. Dia berangkat dengan Arin dan Minkyeung naik mobil.

Ternyata di Pala Alpitour, teman-teman sekolah Jihan ikut menonton untuk mendukung teman mereka. Ada Hyeongseop, Haewon, Hyuk, Sullyoon, Euiwoong, Jinni, dll. Konsernya juga diurus oleh teman-teman sekolah Jihan. Bae, Jiwoo, dan Kyujin menjadi agen tiket yang memeriksa tiket yang dipegang penonton konser. Hanbin menjadi penata rias JRB, dan tentu saja ada Lily sebagai manajer.

"Nah, guys, ini konser terakhir kalian. Tampilkan yang terbaik karena yang menonton kalian satu sekolah! Gue juga teman sekolah kalian! Gue akan mendukung kalian! Selalu!" kata Lily. Dia memeluk Jungwon, Sunghoon, Intak, Changwook, Soeun, dan Sieun (yang sudah sehat dan ceria).

Singkat cerita, konser dibuka dengan meriah. JRB membawakan 10 lagu:
1. Zitti e buoni
2. Dark side
3. Intention
4. Valentine lost
5. Lock me in
6. Stripper
7. Hope (duet dengan Jihan)
8. Jezebel
9. Underwater sun
10. Keep evolving (lagu perpisahan)

Namun, di tengah-tengah konser, ketika di tengah lagu "Hope", seisi konser dibuat kaget ketika Steven muncul dengan tampang marah. Penonton lari tunggang langgang melihat Steven memasang tampang garang, mencari putri bungsunya yang lama hilang. Jihan kaget. Arin dan Minkyeung juga.

Steven memboyong Minkyeung, Arin, dan Jihan ke Galar. Di rumah mereka di Hammerlocke, beliau emosi dan memarahi keluarganya.

"Ayah, jangan marahin Jihan terus. Dia cuman pengen lihat konser," kata Arin.
"Kalian bikin malu keluarga. Kita boleh miskin! Boleh bangkrut! Tapi ayah tidak mau lihat kalian menjadi tidak sopan santun seperti kejadian tadi," kata Steven dengan marah.
"Siapa yang tidak sopan?! Jihan sudah mengantungi izin ke Italia lewat Hadi dan Mirna. Kenapa kau masih marah?!" kata Minkyeung.
"DIAM! Ini salah siapa coba? Salah ayah, kan?!" kata Steven masih marah. "OK, tidak usah dijawab. Ayah tahu ini semua salah ayah. SALAH AYAH. Gara-gara ayah kita jadi orang susah. Kalo bukan karena ayah, Arin pasti tidak akan gabung ke tim penyelamat luar angkasa bodoh itu."
"Ayah yang harus diam. Kalo bukan karena Jihan, Arin pasti tidak akan jadi orang pemberani seperti sekarang. Jihan-lah yang bikin Arin jadi orang pemberani," kata Arin mencoba tabah.
"KAMU JUGA DIAM!" bentak Steven. "Ini salah ayah. Kalo bukan karena ayah, kita pasti masih adem-ayem di rumah lama kita." Kemudian dia menoleh ke Jihan dan berkata, "Terutama kamu, Jihan. Kalo bukan karena ayah, pasti kamu tidak akan sesakit sekarang."
"Bukan Jihan aja yang sakit karena ayah," akhirnya amarah Jihan tidak terbendung. Dia menghampiri Minkyeung dan berkata, "Ma... bilangin sama ayah kalo mama juga masih sakit, Ma..." Dia menangis.
"Inikah caramu membalas ayah yang sudah membesarkanmu dengan penuh kasih mesra?" tanya Steven. "Teganya kau cemarkan nama baik ayah? Nama yang sudah membesarkanmu dengan susah payah?! Kalau aku tidak pensiun kerja, aku, aku sudah... KAU TARIK BALIK KATA-KATAMU, JIHAN!" Steven kemudian menampar Jihan dengan keras. "Ayah bertambah tua! Harusnya kamu di rumah, jagain ayah, belajar yang giat di rumah! JIHAN ITU SATU-SATUNYA TANGGUNG JAWAB AYAH!" bentak Steven dan kemudian menampar Jihan lagi.

Jihan bangkit dan mengusap pipinya yang sakit ditampar dua kali.

"Lalu... ayah tanggung jawab siapa?" tanya Jihan sambil berlinang air mata.

(musik: Cornelia Jakobs - "Hold me closer")

Steven terduduk sedih dan menangis. Dia sakit hati ditanyai seperti itu. Minkyeung, Arin, dan Jihan mencoba menghibur beliau. Kemudian mereka berada di meja makan. Steven masih marah.

"Jihan," kata Steven.
"Ya?" tanya Jihan.
"Ayah sebenarnya sakit hati mendengar pertanyaanmu. Ayah tidak merasa jadi tanggung jawab siapa-siapa. Kamu saja yang menjadi tanggung jawab ayah di rumah. Tugasmu belajar di rumah dan menjaga ayah - tugas yang sudah kami berikan ke kamu sejak usiamu 5 tahun," kata Steven.
"Tapi Jihan sudah 12 tahun mengemban beban ini, dan ini berat karena anak kecil harusnya dijaga, bukan menjaga," kata Jihan.
"Ya, terserah kamu. Tapi ayah melihat perkembanganmu dan kamu lama di Italia. Kamu memilih mama dan Arin di atas ayah, dan kamu terlibat asmara dengan pacarmu yang anak band itu. Kamu juga tidak pernah mendengarkan ayah dan tetap stay di skuad cheerleading, ketika kamu harusnya keluar untuk fokus belajar," kata Steven lagi. Beliau masih memendam emosi. "Kalau kamu mau kembali ke rumah, kamu harus keluar dari skuad cheerleading itu dan putus dengan Jungwon. Tolong kasih cek ini ke Sumin."
"Tapi--" kata Jihan.
"I know what you are. You're not a Pokemon Trainer," kata Steven dalam bahasa Inggris dengan dingin. "You're not my daughter."

Jihan berniat kembali ke Turin untuk tinggal dengan Sumin. Dia naik Corviknight Taxi.

Di rumah Sumin...

"Bokap gue nggak pernah kayak gini," kata Jihan kepada teman-temannya. Matanya basah karena menahan air mata.
"Kita nggak akan pernah ngambil cek yang dikasih bokap lo. Tapi, menurut kami, yang paling realistis adalah... lo ambil balik cek ini, balik ke Galar, dan hidup tenang di sana," kata Sumin.

Jihan diam saja...

"Aduh, kasihan Jihan. Tapi keadaannya di Galar gimana, ya? Solusi yang paling tepat adalah... lo harus move on, Ji," kata Yoon menenangkan Jihan yang mulai emosi.
"Lo dibayar berapa?" kata Jihan.

Sumin dkk. kaget.

"Lo ngomong apa sama nyokap-bokap gue?" kata Jihan.
"Ji..." kata J dengan tatapan memelas.
"Lo tarik napas yang dalam. Lo mulai emosi, Ji," kata Yoon.

Jihan benar-benar emosi sekarang.

"Argh!" geram Jihan sambil mendorong meja. "Lo tuh butuh duit gue, kan?!" nada suaranya meninggi. "Dari awal sejak gue menginjakkan kaki di Italia, yang lo incar cuman duit gue, kan?!"
"Jihan, jaga mulut lo," Sumin mulai tidak sabar.
"Nggak ada yang peduli sama gue!" Jihan sangat marah.
"HEY!" kali ini Seeun yang paling marah. Lebih marah dari ketika dia menuduh Jihan berkhianat pada sahabat-sahabatnya di Pegunungan Alpen demi Jungwon. Kali ini dia mencengkeram baju Jihan dan memelototinya.

"Lo jangan macam-macam ama keluarga gue, ya. Lo kan yang bikin mati bokap gue?" kata Seeun dengan nada penuh ancaman.
"Keluarga? Ini?!" kata Jihan sambil menunjuk Sumin, Yoon, dan J. "Lo semua iri kan? Sama nyokap. Karena kehidupannya di Italia jauh lebih baik dari lo semua!"
"JANGAN SEMBARANGAN, JIHAN!" kali ini kesabaran Seeun sudah habis. Dia menonjok wajah Jihan sampai jatuh ke lantai. Jihan kali ini menangis dan berlari ke kamarnya untuk berkemas dan pulang ke Galar.
"Aku belum puas..." kata Seeun sambil meraih kursi dan berencana membantingkannya ke tubuh Jihan.
"Se, sabar, Se!" kata Sumin.

Jihan meminum pil penenang yang dia kantungi sejak hari pertama di Italia. Dia mengemasi bajunya dengan berlinang air mata dan berlari keluar dari rumah Sumin.

"Gue akan buktiin kalo lo semua bohong! Mulai detik ini, gue keluar dari skuad cheerleading!" Jihan melepas baju luar angkasanya dan berganti baju dengan kaus polos berwarna putih dan celana jins hitam. Sumin bingung dengan perubahan sikap sahabatnya.

"Jihan marah. Ayo, kita susul dia," kata Sumin.

Seeun pun akhirnya marah pada Sumin sementara Jihan memakai jaket pinknya.

"Lo pada tahu nggak sih, kenapa mereka mati?! Bokap gue mati karena kecelakaan tunggal, dan bukan Jihan yang ngebunuh dia! Paman gue mati karena keracunan obat! Ngerti nggak lo?!" kata Seeun yang masih marah.
"Terus, nenek-kakek lo meninggal kenapa?" tanya Yoon.
"Ya karena udah tua!" jawab Seeun.
"Lah terus kenapa lo selama ini bolak-balik nyalahin Jihan atas kematian bokap lo?" tanya Sumin.
"Lo pernah ngerasain nggak sih, nyusahin nyokap lo yang ngelahirin lo?! Lo pada nggak pernah ngelahirin sih! ARGH!" Seeun benar-benar marah sekarang.

Kali ini Yoon dan J mengomeli Sumin.

"You can't say that, dude," omel J dalam bahasa Inggris.
"I meant the right thing!" kata Sumin.
"Yeah, but you can't say those words, you idiot!" J semakin marah.

Yoon dan J mengomeli Sumin dalam bahasa Ibrani dan berlalu.

(musik: Sam Ryder - "Space man")

Jihan berlari di tengah hujan dengan penuh emosi. Dari Italia sampai Galar. Dia melewati Swiss dan Kalos. Jarak dari Turin ke Hammerlocke memakan waktu 14 jam. Dia ingin memutuskan hubungannya dengan Jungwon, sesuai perintah sang ayah. Sesampainya di Galar, sudah jam 4 pagi.

Di rumah Jungwon di Motostoke...

"Jungwon nyesel nggak bisa pertahanin JRB sampe akhir. Kami akhirnya harus bubar karena serangkaian tuduhan palsu," kata Jungwon kepada Mikey, sang ayah. Mereka sedang berbincang.
"Tapi tadi anak papi tampilnya bagus, lho..." kata Mikey. "Jungwon hebat. Mami di surga pasti bangga anak bungsunya pintar musik."
"Semua ini nggak akan kacau kalo Jihan ada," kata Jungwon. "Jungwon tadi lihat Jihan diboyong ayahnya ke Galar."
"Tapi Jungwon hebat. Jungwon sekarang mau mengesampingkan Jihan demi latihan band dan penampilan prima. Papi bangga sama Jungwon," kata Mikey lagi.
"Kadang ada beberapa hal di dunia yang harus tidak dibahas," kata Jungwon.

Tiba-tiba...

*TOK TOK TOK*
"Coba kau bukakan pintu, Won. Pasti Jihan. Dia lihat konser kamu," kata Mikey.

Ternyata memang Jihan. Wajahnya terlihat marah. Dia ingin mengatakan sesuatu kepada Jungwon.

"Jungwon," kata Jihan dengan dingin.
"Buset, mau ngapain lagi sih, lo?!" kata Jungwon.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kata Jihan.

Itu tentu bukan pertanda baik. Jungwon diboyong ke gang sempit di jalan. Saat itulah Jihan dan Jungwon bertengkar. Jihan memberikan Jungwon cek yang diberikan Sumin untuk diberikan kepadanya.

(musik: Ochman - "River")

"Ji, gue tuh sebagai pacar kurangnya apa sih?" tanya Jungwon.
"Kita putus!" kata Jihan.
"Kenapa?" tanya Jungwon sambil merobek cek yang diberikan Jihan. "Kenapa?"

Jihan berlinang air mata, sedangkan Jungwon mencoba tetap tegar.

"Lo tuh nggak pernah tahu kan? Bahwa selama ini gue yang harus ngejagain papi di rumah. Lo juga nggak pernah tahu bahwa gue nggak tahan setiap hari lihat papi sedih. Gue yang harus nemuin badan mami udah dingin di lantai ruang TV gegara kena stroke, Ji. Lo di mana? Lo harusnya ada buat gue pas pemakaman dia, kan? Lo di mana?" kali ini Jungwon emosi. "Kalo lo emang nggak mau gue ada, Ji, lo ngomong sekarang! Ngomong! Ayo, Ji! Ngomong!"
"Jungwon, maaf gue disuruh mutusin elu!" Jihan angkat bicara. "Gue udah mutusin elu!"

Jihan mengakui kejadian yang sebenarnya.

"I'm a bad girlfriend. Everytime I see your face... I just can never forgive myself. I wasn't there in your mom's funeral and I felt awful. Just hate me... JUST HATE ME!!!" Jihan menangis sejadi-jadinya.

Jungwon pun meneteskan air mata dan... dia mencium pipi Jihan untuk pertama dan terakhir kalinya. Selama ini dia tidak pernah mencium Jihan.

"Baik-baik, Ji. Aku cinta kamu," kata Jungwon.

Itulah kata-kata terakhir yang dia ucapkan untuk Jihan. Setelah itu dia kembali ke rumahnya dengan perasaan lega.

Sementara itu, Hadi dan Mirna mendapati Jihan menangis di pinggir jalan. Mereka memeluk sahabat mereka dengan penuh kasih sayang. Jihan diantar pulang ke Hammerlocke, kota tempat tinggalnya.

"Gue merasa bersyukur punya sahabat kayak lo berdua," kata Jihan di rumah Hadi dan Mirna.
"Jihan, maafin kita berdua ya. Kita udah malu-maluin lo selama di Italia," kata Hadi. "Gue janji itu nggak akan pernah terulang lagi."
"Maafin gue juga, Di, Mir," kata Jihan. "Selama ini gue bukan teman yang setia."
"Dan... Ji, gue harus ngomong sesuatu sama lo. Gue sebenarnya... sepupu lo... bokap gue abangnya bokap lo..." kata Mirna. "Dan bokap lo berhutang permintaan maaf sama lo. Lo udah boleh pulang."

Jihan akhirnya pulang ke rumahnya di Galar, yang tepat di sebelah rumah Hadi dan Mirna. Jihan membuka pintu.

"Yah, Ma, Unnie," kata Jihan. "Bisa Jihan ngomong sebentar?"

Jihan tidak langsung mengucapkan apa-apa, namun menunjukkan hadiah permintaan maafnya kepada keluarganya. Sebuah video yang dibuatnya sendiri. Judulnya "In Corpore Sano: The Sound of Beauty, Frendship, and Family".

(musik: Konstrakta - "In corpore sano")

Jihan membuat sebuah vlog yang memperlihatkan kegiatannya selama sebulan liburan di Italia. Di vlog, dia menjelaskan bahwa persahabatan, keluarga, dan cinta sama pentingnya jika dijaga dengan baik. Di video tersebut ada Jihan, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya: Sumin, Seeun, Yoon, dan J. Ada juga anak-anak JRB: Jungwon, Sunghoon, Intak, Changwook, Soeun, Sieun, serta teman-teman sekolahnya di SMA Hammerlocke.

Setelah vlog selesai, Jihan kemudian menoleh ke arah keluarganya dan berkata...

"Jihan minta maaf sama keluarga kalo emang Jihan banyak salah. Tapi, kalo dikasih kesempatan... Jihan pengen jadi anak yang lebih baik lagi..." kata Jihan.

Steven, Minkyeung, dan Arin melihat Jihan dengan tatapan penuh kasih sayang. Mereka memeluk Jihan yang kini berlinang air mata. Air mata haru.

"Jihan bangga dibesarkan di keluarga yang menerima Jihan apa adanya. Ayah, mama, Arin unnie... Jihan sayang kalian semua..." isak Jihan.
"Ayah juga sayang Jihan. Maafkan ayah selama ini meragukan keamananmu di Italia. Kepedulianmu pada keluarga memang patut diacungi jempol. Maafkan ayah sudah membuat kamu menjaga ayah ketika kamu berada pada usia di mana kamu harusnya dijaga. Kamu bebas melakukan apa pun yang kamu suka, asalkan positif," kata Steven. "I'm very proud to call you my daughter."

Dan tanpa sepengetahuan Jihan, Steven telah menyiapkan sebuah kejutan untuk keluarganya.

"Dan, sebagai tiket permintaan maaf ayah untuk Jihan..." kata Jihan, kemudian menghadap Minkyeung dan berkata, "Maukah kau menikahiku lagi?" Minkyeung menerimanya.

Steven dan Minkyeung menikah lagi. Resepsi mereka digelar di Spikemuth, yang sekarang disulap menjadi kota ramah lingkungan. Steven tampak tampan dengan jas hitam, sedangkan Minkyeung tampak cantik dengan gaun putih yang membalut tubuhnya dan serasi dengan kulitnya yang tampak putih dan lembut. Arin dan Jihan mengiringi mereka dan mengenakan gaun pink.

Penghulu pernikahan bertanya kepada Steven, "Bersiapkah Anda menerima Kim Minkyeung Mustikowati Indraputri sebagai istri?"
"Ya," kata Steven.
Penghulu bertanya lagi kepada Minkyeung, "Dan bersiapkah Anda menerima dan menganggap Steven Heriadi Darmadji sebagai suami?"
"Ya," kata Minkyeung.

Steven mencium kening Minkyeung dan pernikahan pun sah. Upacara resepsi pernikahan kembali orang tua Jihan berjalan lancar. Namun, semuanya menjadi spesial ketika Jungwon datang dengan tiba-tiba. Jihan menghampiri Jungwon dengan perasaan riang.

"Jungwon..." kata Jihan.
"Jihan, maafin aku. Selama ini aku belom bisa jadi pacar yang baik. Aku terlalu posesif dan lupa kerjaanku sebagai anak band. Itu semua kejadian masa lalu. Aku harap kamu mau terima aku lagi," kata Jungwon.
"Gakpapa, Won. Nggak ada yang ngelarang kamu untuk pacaran, asalkan kamu bisa ngebagi waktu antara pacaran dan kerja," kata Jihan, memaafkan Jungwon.
"Balikan?" tanya Jungwon.
"Balikan," kata Jihan.

Jungwon dan Jihan berpelukan dan saling memaafkan. Dan yang terpenting, Jihan kembali ke tim pemandu sorak dan berbaikan dengan Sumin, Seeun, Yoon, dan J.

"HIDUP JIHAN!" kata Sumin.
"HIDUP!" kata hadirin yang menghadiri pesta pernikahan.

Akhirnya Jungwon dan Jihan jadi tampil bersama, membawakan lagu "Hope". Dan yang tak kalah penting, JRB reuni. Sumin, Seeun, Yoon, dan J ikut menyanyi dengan mereka.

"Wan tu cri prot!" Jungwon memberi aba-aba dengan kata-katanya yang khas.

(musik: Stefan - "Hope")

(VERSE 1)
[Jungwon]
We let them tell us what to do, why why why
[Sunghoon]
We live to die for worthy things, ya ya ya

[Soeun]
We promised we would never lose our pride
Your words' worth nothing if you lie

[Sieun]
We're standing tall, looking up
Our father would be proud
And I'm happy to be working my own ground

[Jungwon + Jihan]
We'll be the last ones breathing here

(PRE-CHORUS)
Hey, sing your heart out, boy
For all the people great and small
Oh, when all else is lost
The future still remains our own

(VERSE 2)
[Jihan]
We're taught that we were born to lose, why why why
[Sumin]
Don't lose your breath, it's time to choose, ya ya ya

[Seeun]
We promised we would never lose our pride
[Yoon]
Everyday they try to turn them into lies
[J]
We're standing tall, looking up
Our father would be proud
And I'm happy to be working my own ground

Kembali ke (PRE-CHORUS)

(CHORUS 1)
I hope, I hope, I hope
I hope, I hope
I hope, I hope, I hope
I hope, I hope

(BRIDGE)
[Jungwon]
We let them tell us what to do, why why why
[Jihan]
We live to die for worthy things, ya ya ya
[Jungwon + Jihan]
No matter what they try, tearing up our lives
I know we will always rise

Back to (PRE-CHORUS)

(CHORUS 2)
I hope, I hope, I hope
I hope, I hope
I hope, I hope, I hope

[Jungwon]
The future still remains our own

(CHORUS 3)
I hope, I hope, I hope
I hope, I hope
I hope, I hope, I hope
I hope, I hope, I hope

Akhirnya mereka berfoto bersama dengan orang tua Jihan.

EPILOG:
Kehidupan keluarga Jihan berjalan kembali normal. Arin berhenti dari tim penyelamat luar angkasa untuk menjalin hubungan asmara dengan Rowoon, yang masih menyandang pangkat letnan. Steven kini bekerja di perusahaan katering untuk mendanai keluarganya. Minkyeung memutuskan untuk tidak bergabung kembali dengan tim penyelamat untuk mengurus sang suami dan kedua putrinya.

JRB kembali reuni dan mengadakan tur keliling dunia, termasuk ke Zimbabwe dan Etiopia. Jihan? Karena berprestasi, dia mendapat beasiswa untuk pertukaran pelajar ke Italia. Dia dan Sumin mendapat gelar siswi berprestasi di SMA Hammerlocke. Jihan di bidang sosial-humaniora, sedangkan Sumin di bidang sains-teknologi. Sepasang sahabat ini berpamitan kepada ayah mereka sebelum terbang ke Turin untuk belajar.

"Pergilah, Jihan. Kejarlah impianmu hingga ke negeri pizza," kata Steven.
"Kau juga, Sumin. Jangan sia-siakan masa depanmu. Kau adalah calon programer muda Galar," kata Michael.

Jihan dan Sumin pun terbang ke Italia, tempat bab baru kehidupan mereka dimulai. Mereka akan melaksanakan pertukaran pelajar.

"Lo sahabat terbaik gue, Ji," kata Sumin.
"Lo juga, Min," kata Jihan.
"Lo mau ngapain lagi nih, di Italia?" tanya Sumin kepada sahabatnya.
"Kita lihat aja nanti," kata Jihan.

Sementara itu Mirna mengatakan kepada Hadi bahwa dia hamil anak pertama mereka, perempuan, ketika dalam perjalanan ke Isle of Armor untuk liburan.

- TAMAT - 

Sampai bersua di proyek film saya berikutnya tahun depan!

Tabik,
Yudhistira Mahasena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun