Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

A Musical Revolution 2 (Bagian 6 - Akhir)

12 Mei 2024   02:09 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:09 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tetaplah jadi Isa yang papa kenal: gadis muda yang kuat, mampu memperjuangkan semua sendiri, kuat, mampu menerima mama sebagaimana kamu menerima papa, dan pantang menyerah. Baik-baik sama mama di rumah, perlakukan dia sebagaimana kamu memperlakukan papa," kata Profesor Cedar lirih.

"I will, Pa. I promise," kata Isa.

"Come here," Profesor Cedar menawarkan pelukan hangat untuk Isa. Kemudian Profesor Cedar dan Isa berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum beliau menemui ajalnya dalam hukuman mati. Setelah itu beliau berujar, "Jangan lupakan papa." Itulah kata-kata terakhir Profesor Cedar kepada putri bungsunya tercinta, Isa.

Isa kemudian menyaksikan saat sang papa dibantai secara brutal.

"Tidak, Pa! Papa tidak akan meninggal. Papa! Papa! PAPA!" teriak Isa.

Isa melihatnya dengan kedua matanya, Profesor Cedar dipukuli dengan tongkat bisbol hingga menghembuskan napas terakhirnya.

Profesor Cedar telah meninggal.

"TIDAAAK! Papa, bangun! Bangun! Jangan meninggal, Pa! Isa janji jadi anak yang kuat seperti papa! Papa! Bangun, Pa! Jangan pergi, Pa! PAPAAA!!!" Isa menangis parah.

Isa berteriak-teriak sambil menangis sekeras yang dia bisa, namun teriakannya tak cukup untuk mengembalikan Profesor Cedar ke dunia. Air matanya tumpah ruah membanjiri lantai penjara. Para anggota Weeekly menangis tersedu-sedu. Namun Isa-lah yang paling sedih. Dia menghampiri tubuh Profesor Cedar yang telah terbujur kaku. Isa menjerit. "WAAA!!!"

Sehari kemudian, saat pengumuman lomba artikel antarkelas...

"Aku mendedikasikan pidato ini untuk papaku tercinta, almarhum Profesor Hasim Maulana Cedar. Walaupun beliau telah pergi meninggalkan kami, tetapi kami yakin, jejak kebaikannya akan selalu membekas di hati. Kontribusi beliau di bidang kecerdasan Pokemon mengajarkan kami untuk jadi orang cerdas di mana pun, kapan pun," kata Isa sambil menangis. Air mata membanjiri pipi lembutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun