Jiyoon pun benar-benar emosi. Dia memutuskan melampiaskan emosinya tersebut lewat berlatih ninjutsu di dojo dekat Asone Academy. Pertama esainya batal dan kedua dia harus berhadapan dengan Sumin yang cerewet di kelas. Jiyoon merasa hidupnya hancur.
Setelah selesai berlatih ninjutsu, Jiyoon pun menumpahkan kekesalannya terhadap Profesor Cattelan yang mendadak merubah tugas artikelnya kepada pacar dan kakak kelasnya, Jake. Dia sedang belajar matematika, diampu oleh Profesor Malin Akerman, wali kelasnya.
"Profesor Akerman, saya izin dulu," kata Jake dengan sopan. "Ada yang mau mengobrol dengan saya."
"Silahkan, Jake," kata Profesor Akerman.
Kemudian Jake dan Jiyoon mengobrol.
"Jek, masak tugas artikel aku mendadak dirubah sama Profesor Cattelan, terus yang dikasih tugas artikel astronomi Danielle, adiknya Paul," adu Jiyoon kepada Jake.
"Danielle? Jadi Profesor Cattelan ngasih tugas yang harusnya ke kamu ke anaknya sendiri? Hahaha, ini pasti nepotisme!" tawa Jake. Namun kemudian dia terdiam sejenak dan berkata, "Tapi, Yoon, aku ngerti perasaan kamu. Kamu gak dibolehin sama ibu kamu ke Paldea walaupun untuk field research tentang Paradox Pokemon. Tapi aku kasih tahu kamu, Yoon, kalo usaha kamu bakal terbayar dengan ketemu lagi sama Isa. Aku juga kangen sama dia," kata Jake.
"Tapi kamu gak akan ninggalin aku demi dia kan?" tanya Jiyoon. "Demi dia yang kulitnya jauh lebih bagus dari aku?"
Jake tahu betul sikap Jiyoon yang selalu insecure dengan kulitnya sendiri, walaupun kulitnya juga putih, lembut, dan halus.
"Ya enggak lah. Aku gak nilai seorang cewek dari kulitnya, tapi dari prestasi akademiknya. Lagian di antara kamu dengan Isa, Yoon, aku masih lebih memilih kamu yang prestasi akademiknya jauh di atas Isa, yang sering menang olimpiade astronomi sana-sini, bahkan ketika masih tinggal di Houston dulu," kata Jake. "Sekarang mending kamu fokus sama artikel kamu."
"Oke, Jek," kata Jiyoon sebelum kembali ke kelasnya.