Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Sudah Cinta Bersiaplah Kehilangan

1 Desember 2016   22:31 Diperbarui: 1 Desember 2016   22:55 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lila meronta, tapi ia tak kuasa menahan kekuatan Wanita itu. Lila dicekik dengan kedua tangan, Lila sekuat tenaga melawan, memberontak, berteriak dan menggeram. Samar-samar dalam ketenganag Lila melihat wajah Wanita yang menyerangnya.

Tubuhnya semakin tak berdaya, wanita itu bukan istri Andi, wajahnya bahakan tidak seperti manusia pada umumnya, bersisik disekujur tubuh, seperti sisik buah salak, matanya tak punya kelopak mata, hanya rambutnya yang panjang terurai bagai wanita, hidungnya menyatu dengan wajahnya dan tersisa sedikit lubang hidung. Mulutnya lebar dan kesemua giginya adalah gigi taring, ia tertawa, tertawa serak menikmati.

Semakin buram, Lila tak kuasa menahan, pikirannya melayang tak menerima kenyataan, dalam benaknya ia berkata “tak mungkin, tak mungking, sesuatu yang seperti ini tak mungkin ada dan nyata didunia, ini hanya mimpi,” dalam hati kecilnya berharap semua akan usai ketika bangun, tapi rasa sesak didadanya semakin nyata, panas dan menyiksa, ia melihat sekliling, didapatinya buram Andi berdiri dengan santai menunggu, Titin meringkuk ketakutan berlindung pada boneka singanya yang lusuh. “mengapa, mengapa, aku tak ingin mati, aku mencintaimu Andi,” kata-kata yang ingin dikeluarkan dari mulut Lila untuk terakhir kali, namun kata-kata itu tak pernah terwujud dalam bentuk yang dapat didengar, semakin panas dan sesak dadanya, semakin buram pengelihatan, sakit dileher cekikan semakin menjadi terbiasa dan tak terasa sakit lagi. Tanpa sadar, air mata Lila merembes diwajanya.

Suara tembakkan memekikkan semua telinga diruangan itu, cekikan tak terasa lagi pada leher Lila, reflek, Lila batuk dengan sendirinya, tubuhnya secara alami membuat jantung tergelitik denngan batuk sehingga memicunya, membuat reaksi beratai dalam tubuh, melakukan pemaksaan pada paru-paru untuk mengambil nafas.

Sesuatu melompat-lompat melewati tubuh Lila, pengelihatannya mulai dapat dikuasai. Lila tersentak, sesuatu menubruk meja, membuatnya terbalik, Lila terjatuh menimpa kursi yang roboh seketika, dan membuatnya jatuh kelantai, samar Lila melihat Titin juga terjebak pada meja dan kursi yang berantakan, merigkuk terisak, ketakutan.

Lila berusaha banngkit, menguasai dirinya, memeriksa sekeliling, didapatinya seorang secara brutal menendang Andi hingga tersungkur jatuh di depan Lila, Wanita itu melompat-lompat, menempel di dinding dan lagit-langit, seseorang yang bertubuh jangkung menembak, api senapan itu membuat wajahnya terlihat beberapa detik, seorang pria Tua, berambut gondorng berkuncit.

Tembakkan dilepaskan secara beruntun dua kali lagi, namun tak ada yang kena, wanita itu melompat kesana kemari dari tembok ketembok diruang yang agaknya kurang luas untuk bertempur.

Monster itu mendesis, meraung mengancam, tembakan tak lagi di lontarkan, Kakek itu nampak kebingungan, mimik wajahnya layu, memandang kearah monster dengan mimik kekhawatiran, monster itu seperti mengeti sesuatu, melompat dan menyerang si Kakek, semakin dekat, semakin dekat lagi, hampir dalam jangkuan, wajah kakek itu berubah menjadi cerah, kemudian tertawa, “bodoh!” teriak si Kakek.

Tembakan dilontarkan, tepat sasaran, si monster tak mungkin menghidar saat melompat, si Kakek menipunya dengan berpura-pura pelurunya habis.

Kepala wanita itu hancur, darahnya muncrat, dan jatuh kemeja yang terbalik, tubuhnya masih bergerak-gerak, nampaknya masih hidup, Si kakek, mengisi kembali senapannya, lalu menghampiri monster yang sedang diujung maut itu, hendak menembak untuk mengakhiri hidupnya, namun, Andi menerjang, si kakek hampir kehilangan keseimbangan, Andi berusaha merebut senapan si kakek, tapi si Kekek masih berjuang.

Tembakan terdengar lagi, Lila melihat Andi terjatuh, darahnya muncrat ke wajahnya, “tidaaak!!!” teriak Lila, ia melihat pria yang dicintainya terjatuh. Gelap, semua semakin gelap, Lila tak kuasa melihat semua ini, “tak mungkin, tak mungkin, tak mungkin, tak mungkin........, semua ini hanya mimpi!!, Tiiidaaak!!!” semakin gelap, semakin menyangkal, iapun terjatuh dan pingsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun