Jam makan siang telah usai, mereka meninggalkan warung, Andi kembali ke pekerjaanya sebagai pegawai administrasi disebuah konter penjualan bahan-bahan konstruksi bangunan diseberang warung, dan si kakek berjalan entah kemana.
***
Jam sudah menujukkan pukul lima sore, Andi nampak bersiap untuk pulang. Sesosok perempuan, mengurnya, “hey Andi, ayo pulang bareng, hari ini kamu gak bawa motorkan?” nadanya agak genit menggoda.
Nampak malu-malu, sambil menggaruk kepala Andi menjawab, “ah, boleh saja Lil.”
Mereka akhirnya pulang dengan naik mobil Lila, teman kerja Andi.
Didalam mobil ditengah kemacetan kota.
“eh, aku boleh mampir kerumahmu gak?” tanya Lila mendadak.
Cepat Andi menjawab dengan nada kasar, “apa maksudmu?” matanya tajam menatap dalam mata Lila, kemudian berkata, “kau tahu aku sudah punya istri dan anak Lila, cobalah untuk melupakanku.”
Lila meremas setir, pandangannya dibuang lagi kedepan, mobil berjalan lambat karena kemacetan, baru memasuki perempatan, keadaan lalu lintas sedikit lancar.
Memecah kehiningan, seolah tak menyerah pada Andi, “maaf, dahulu aku meninggalkanmu, sekarang aku tahu betul perasaanku yang sebenarnya ketika jauh darimu, kau tahukan aku dijodohkan,” Andi tak menjawab, pandangannya dibuang kejalan, Lila penuh getir melanjutkan, “ayolah, ini sudah dua tahun, lupakanlah istrimu, lanjutkan hidupmu, sekarang aku juga sudah menjanda.”
“berhenti” kata Andi dengan nada kasar, “atau aku akan melompat,” desaknya.