Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Sudah Cinta Bersiaplah Kehilangan

1 Desember 2016   22:31 Diperbarui: 1 Desember 2016   22:55 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ditegah perjalannya menuju pintu kamar si kakek terhenti, lalu berkata “rawat gadis itu, walau bukan darah dagingmu, setidaknya, kalian pernah merasakan kegetiran yang sama, kurasa itu cukup untuk alasan membentuk keluarga” lalu kembali menghampiri Lila, ditarunya kartu nama di meja, “ini kartu namaku, hubungi aku kalau-kalau ada kejadian supranatural atau,..” terdiam seperti memikirkan sesatu, “kejadian aneh atau apalah, panggil saja aku, aku punya hutang budi pada Andi karena pernah mentraktirku, berbuat baik pada anaknya kurasa,” kemudian terdiam, berpikir, lalu melanjutkan “ah sudahlah, aku pamit” lalu ia pergi, keluar dari kamar dan menghilang.

Lila memandangi jendela, terdiam beberapa detik, kemudian tersenyum.

***

Seorang perempuan nampak bertanya-tanya pada resepsionis rumah sakit, sepertinya mencari pasien yang ingin dikunjunginya, resepsionis rumah sakit memberikan arahan dan penjelasan, sesekali memberikan peraga dengan tangannya.

Perempuan itu nampak senang dengan penjelasan resepsionis, lalu beranjak dan pergi munuju kamar yang ditunjukkan resepsionis, kamar a301.

Didapatinya seorang gadis berumur sembilan atau sepuluh tahun, duduk di ranjang, melamun dan tatapannya kosong, kurus, dan pucat, rambutnya panjang namun jarang, tanganya diinfus.

Perempuan itu duduk disebelahnya, menegurnnya dan berbincang. “maukah kau menjadi anakku, aku ingin memiliki keluarga, bukankah kau juga begitu?” kata perempuan itu dengan ramah dan senyum.

Tanpa berkata, gadis itu hanya memndanginya, dibenaknya penuh keraguan.  Perempuan itu memndangnya dengan iba, lalu mengelus lembut kepalanya, memeluk dan mencium pipinya.  Gadis itu memandang wajah perempuan itu, mereka saling berpandangan, senyum terlukis dari mereka, lalu gadis itu mengangguk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun