“oh, ini dirumah sakit, sudahlah jangan memaksakan diri untuk mengingat sesuatu.”
Lila memandang kakankya dengan mata terbelalak, dalam pikriannya terangsang untuk menampilkan gambaran-gambaran kejadian diluar nalar malam itu, sontak perut Lila menjadi mual, pikirannya terangsang untuk sedih dan perih, memberikan rasa sakit, ia pun menangis dan berteriak.
Untuk beberapa waktu Lila dapat tenang dengan bantuan obat tidur, setelah itu, kakaknya berbincang dengannya dan menjelaskan semua yang terjadi pada malam itu; seseorang dari kepolisian menelponnya, ia mendapat nomernya dari ponsel Lila, polisi mendapat laporan suara tembakan dan ribut-ribut dirumah Andi, dan ketika polisi datang, Andi terluka tembak, dan mati kehabisan darah di ambulance, polisi menerangkan bahwa, menurut penyelidikan, Andi kau yang menembak, karena senapannya ada disana, namun, menurut keterangan yang dapat diperoleh dari polisi dan penyidikan, diduga karena stress Andi beriat membunuh Lila, bukan hanya itu, banyak tulang manusia ditemukan dihalaman rumah Andi, keadaan anaknya juga mengkhawatirkan. Yah, keputusan polisi, Andi adalah pelaku tunggal, Lila membela diri, merebut senapan dan menembak Andi, motifnya karena gangguan mental.
“bagaimana dengan Titin?”
“oh, entahlah, gadis itu, sepertinya akan di taruh dipanti asuhan, orang tua Andi, kakek titin, sudah tua, dan tidak memungkinkan merawatnya, juga sanak keluarga yang lain, sepertinya enggan merawat anak Andi, entah, mungkin persoalan ekonomi.”
Lila terdiam mendengar itu, keheningan merambat di seluruh ruangan.
Berjam-jam Lila merenungi kejadian malam itu, setelah ditanyai keterangan oleh polisi, dan tentu dijawabnya seperti cerita yang dibuatnya semasuk-akal mungkin, seperti yang diduga polisi, hanya itu yang paling mudah untuk dilakukan.
Seseorang masuk ruangan, Lila menoleh untuk memastikan siapa yang masuk, tapi tak didapati siapapun.
“apa kabar?” seseorang tiba-tiba sudah duduk dikursi disebelahnya.
“kau, kau yang waktu itu menembak Andikan?” wajah Lila penuh amarah dan dendam.
“hey, setidaknya kau berterimakasih padaku, yang telah menyelamatkanmu dari kanibal itu.”