"Sayang, aku menunggu di meja makan saja ya? Nanti kalau sudah selesai, kamu menyusul lho!", kata Budi sembari meninggalkan kamar.
"Ya, mas!", jawab sang istri singkat.
Perlu sepuluh menit menunggu, agar Budi bisa melihat istri selesai berpakaian. Asih tidak terbiasa berdandan dengan beragam alat kecantikan, ribet katanya. Budi pun menyukai Asih dengan riasan wajah sederhana.
"Masyaallah, istriku cantik sekali! Sekarang sarapan dulu ya?", seru Budi tersenyum, memperhatikan penampilan Asih yang anggun dengan berbalut gamis berwarna pink dan jilbab sewarna.
Yang dipuji hanya membalas senyum. Langkah kakinya tidak lagi gontai, sudah berenergi, bisa jadi setelah mandi ia merasa lebih segar.
"Aku yang ambilkan nasi ya?", Budi menawarkan diri. Asih menggeleng.
"Sendiri saja, mas." balas Asih. Budi tidak marah, malah senang istrinya perlahan pulih seperti awal. Hatinya penuh syukur.
"Oke, selamat makan!", pungkas Budi. Ia lahap menyantap sarapan karena isi perut sudah kosong, seharusnya sebelum pukul 7 seperti biasa sudah makan pagi. Hatinya belum juga berhenti bersyukur, terlihat sang istri mulai bergairah makan pagi hari ini, nasi goreng spesial buatan ibu!
"Sayang, makan yang lahap ya, dihabiskan! Aku menyiapkan mobil dulu", kata Budi beranjak dari duduknya, berdiri mendekatkan wajahnya ke istri, tersenyum.
"Iya, mas. Silakan", jawab Asih singkat, mengangguk dan mulutnya masih sibuk mengunyah.
Ibu sudah membawa beberapa tas bekal dan perlengkapan jalan-jalan, ditaruhnya di dekat mobil. Budi segera memasukkannya ke dalam mobil. Setelah dirasa sudah rapi, Budi kembali menemui istri. Sudah selesai rupanya, Asih tengah beranjak dari meja makan, meraih tas tangannya dan berjalan ke arah garasi.