Aku terus fokus menyetir.
"Sebenarnya ini rumah adik ipar saya mas, adik dari suami saya!"
Bu Nunik mencoba membuka pembicaraan kembali.
"Oh gitu Bu, deket ya bu sama adik ipar sampai bela-belain mau nginep?"
"Engga juga Mas, justru saya sakit hati sama ipar saya ini?"
Raut wajah Bu Nunik seketika berubah.
"Loh kenapa begitu Bu?"
Jawabku sedikit heran.
"Konon suami saya meninggal gara-gara dia Mas, semenjak suami saya mendapatkan warisan dari orang tuanya sebuah Villa di kawasan puncak, suami saya sakit-sakitan, ini bukan sakit secara medis Mas, tapi suami saya di teluh oleh adiknya sendiri!"
Ibu Nunik membuang pandangannya ke seberang jalan
"Ah Ibu masa adik sendiri tega berbuat itu pada kakaknya sendiri?"