Mohon tunggu...
YoumiSr
YoumiSr Mohon Tunggu... -

I like writing what come to my mind 💻

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seketika Aku Pucat

4 Oktober 2018   23:49 Diperbarui: 5 Oktober 2018   00:08 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mas berarti dari tadi tidak bawa penumpang, Mas kesini sendirian!"

Kang Mus tersenyum getir.

"Maksudnya kang Mus?"

Aku masih belum paham akan siatuasi yang aku alami.

"Bu Nunik sudah meninggal setahun yang Lalu, sebelumnya suaminya yang meninggal karna sakit, setelah itu Bu Nunik seperti orang stres, setiap malam dia berfoya-foya menghabiskan harta warisan peninggalan suaminya, Villa Ini tadinya punya mereka lalu dijual oleh Bu Nunik karna dia jatuh miskin, dan di beli oleh Pak Rudy adik dari suaminya Bu Nunik, cuma yang dasar orangnya dableg, jual Villa bukannya usaha yang lain dia malah semakin menjadi foya-foya, akhirnya Bu Nunik bener-bener jatuh miskin Mas, hingga akhirnya dia bunuh diri dirumah kontrakan yang tadi Mas jemput!"

Seketika saja perutku mules, badanku terasa lemas.

" Terus anak-anaknya kang?"

Aku kembali meminum teh hangatku.

"Mereka tidak memiliki anak Mas, mungkin itu juga yang membuat Bu Nunik tidak bisa mengendalikan hawa nafsu dunianya, sepergi suaminya dia merasa kesepian dan selalu menghabiskan waktu di luar dengan berfoya-foya."

Kang Mus kembali menuangkan teh hangat dari teko ke cangkir tehku.

"Sebenarnya Mas Ilham ini bukan yang pertama kali, sering mobil On line mengantarkan arwah Bu Nunik kesini, dengan cerita yang berbeda-beda, Konon di Villa inilah begitu banyak kenangan Bu Nunik bersama suaminya saat-saat mereka bahagia dengan materi yang mungkin buat sebagian orang sudah lebih dari cukup Mas!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun