"Mama selalu baik-baik aja. How was the trip?"
"As usual, Ma. Nothing special," sahut saya sambil menghampiri A Koh.
 "Halo A Koh." Saya juga mencium pipi kakak saya ini.
"Lo bawa oleh-oleh nggak buat gue?" tanya A Koh tanpa memindahkan pandangannya dari layar TV.
"Tenang aja semua dapat oleh-oleh."
"Mama..!" Sekonyong-konyong Cindy ke luar dari kamar tidur dan menghambur memeluk saya.
"Ya, ampun Cindy. Kok, kamu belum tidur?" kata saya sambil memeluknya sepenuh erat.
Dari lahir sampai sekarang, jadwal tidur Cindy masih tidak teratur. Menurut Mama, begitu mengetahui malam ini saya akan pulang, Cindy menolak untuk tidur. Dia berkeras untuk menunggu kedatangan ibunya. Cindy kepribadiannya memang sangat keras. Kalau sudah mempunyai keinginan, tak seorang pun di dunia ini yang mampu mencegahnya.Â
Saya membuka koper lalu membagikan oleh-oleh buat semua anggota keluarga. Cindy tentu saja mendapat paling banyak. Oleh-oleh untuk Cindy hampir semuanya berupa mainan atau puzzle. Dia tidak pernah punya ketertarikan lain kecuali pada puzzle.
Ketika hendak memberi oleh-oleh berupa jaket pada Papa, saya baru menyadari ternyata dia tidak ada di ruang tamu.
Sambil membawa bungkusan oleh-oleh tersebut, saya pergi mencari Papa. Di ruang makan, saya melihat dia sedang mengatur meja.