Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kembali ke Jakarta

21 Januari 2018   17:48 Diperbarui: 29 Januari 2018   00:37 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mungkin karena belakangan ini kamu sering sekali meninggalkan rumah. Jadi Papa suka kangen sama kamu, Yo," katanya sambil membantu membawa koper-koper saya lalu bersama-sama berjalan menuju tempat parkir.

"Papa kangen sama Yoyo?" Saya hampir tidak mempercayai telinga saya sendiri.

"Iya kangen banget. Kamu kenapa sih? Apa yang aneh kalo seorang Bapak kangen sama anaknya sendiri?"

"Yang bener, Pa? Ih, Yoyo seneng banget dengernya," kata saya sambil memeluknya lagi dan mencium pipinya berkali-kali. "I love you, Papaku."

Dan boleh percaya, boleh tidak? Papa saya mukanya langsung berubah merah karena malu, seakan-akan yang menciumnya bukanlah anak kandungnya sendiri. Tapi memang begitulah Papa. Dia cenderung introvert, beliau sama sekali tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Dan di rumah kami, memang tidak ada kebiasaan mengucapkan 'I love you' dan mencium, kecuali saat hari besar seperti ulang tahun atau Imlek. Saya tadi mencium Papa secara refleks saking senengnya mengetahui dia kangen. Seumur hidup, Papa tidak pernah bilang kangen sama saya.

Tidak lama kemudian kami sudah duduk berdampingan dalam mobil. Papa menghidupkan mobil tuanya. Mobil Papa merknya Plymouth keluaran tahun 1956. Merek ini diproduksi oleh Chrysler Corporation, sebuah perusahaan otomotif Amerika. Dia memperoleh mobil tersebut dari Opa sebagai hadiah perkawinan ketika menikah dengan Mama.

Papa begitu mencintai mobil tuanya sehingga walaupun umurnya sudah tua sekali, kendaraan itu masih sangat terawat. Bodynya berwarna biru muda namun di bagian bawahnya sebagian berwarna putih. Atapnya juga berwarna putih. Setirnya ada di sebelah kiri seperti umumnya mobil-mobil Amerika. Di tengah roda ada dop yang fungsinya untuk menutup velg sekaligus mempercantik penampilannya. Lucunya, setiap kali melewati polisi tidur, dopnya suka terlepas akibat goncangan.

Ketika mobil memasuki daerah Tebet, hal itupun terjadi. Papa tidak melihat ada polisi tidur di depannya. Sebetulnya polisi tidur itu ukurannya tidak terlalu besar tapi sudutnya hampir membentuk 90 derajat. Saat Si Plymouth menabrak polisi tidur tersebut, dopnya langsung copot. Dan sialnya kali ini dop tersebut menggelinding jauh sekali meninggalkan mobil kami.

"Hihihihihi..." Saya tidak tahan menahan geli melihat kelakuan dop tersebut.

"Eh, kamu jangan ketawa. Ayo kita berlomba mengejar dop itu," kata Papa.

"Siapa takut? Papa pasti kalah!" kata saya sambil masih dilanda tawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun