Papa menghentikan mobil di pinggir jalan lalu dengan cepat kami berdua turun dan mengejar dop tersebut yang masih saja meluncur seakan sengaja hendak mengajak kami bermain.
"Ayo, Yo! Yang duluan mendapatkan dop itu, dialah pemenangnya. Dan yang kalah harus menyediakan makan malam di rumah," teriak Papa sambil berlari.
"Okay. Yoyo pasti menang!" kata saya lalu berlari secepat mungkin untuk mendapatkan dop bandel tersebut.
And the winner goes to....Yoyo! Ya, saya berhasil meraih dop itu duluan. Dengan senyum lebar penuh kemenangan, saya mengangkat dop itu tinggi-tinggi lalu membalik tubuh untuk memamerkannya pada Papa.
Papa terlihat sedang membungkuk dengan kedua telapak tangan bertumpu pada lututnya. Mukanya pucat dan napasnya tampak tersengal-sengal. Meskipun demikian, dia mengacungkan jempolnya sebagai tanda pengakuan bahwa saya telah berhasil mempecundanginya.
"Eh? Papa kenapa?" taya saya cemas.
"Papa udah tua nih, Yo. Masa baru lari segitu aja dada langsung sakit," kata Papa.
"Iya, Â Papa nggak boleh lari-lari lagi. Jantung Papa udah nggak kuat," kata saya sambil memapah Papa menuju mobil tuanya.
Untuk menghindari dop copot lagi, kami memutuskan untuk tidak memasang dop tersebut tapi menyimpannya di dalam bagasi mobil. Setelah kondisi napasnya normal kembali, kami pun kembali melanjutkan perjalanan pulang.
Sesampainya di rumah, Mama dan A Koh masih terbangun. Keduanya sedang asyik nonton film yang diputar dari sebuah DVD. Judul filmnya 'Walking Dead', sebuah film horor tentang sekawanan zombie yang sudah menguasai bumi. Film ini serinya banyak dan A Koh membeli seluruh DVD-nya secara lengkap.
"Hai, Ma. Mama sehat-sehat aja, kan?" sapa saya sambl mencium kedua pipinya.