"Ah bon? Merci Jacques. Merci beaucoup," kata saya. Lalu Jacques meninggalkan kami berdua.
Pepatah kuno Cina mengatakan; Bertemu dengan teman yang cocok, 1000 kati arak rasanya tidak pernah cukup. Sebaliknya bertemu dengan teman yang tidak cocok, satu cawan arak saja rasanya sudah kebanyakan. Itulah  yang saya alami sekarang bersama Philippe. Tanpa terasa resto sudah mau tutup. Si Owner dibantu staffnya sudah mulai beberes. Dan saya segera meminta bill.
Rupanya Philippe tidak bercanda waktu mengatakan bahwa keuangan mahasiswa sangat terbatas. Ketika bill datang, uang Philippe tidak cukup sehingga saya mengambil alih kewajibannya dan membayar bill tersebut.
"Maaf ya , Yoyo. Saya jadi malu sekali sama kamu," kata Philippe dengan jujur.
"Hihihi nggak apa-apa, Phil. Saya seneng banget kamu mengajak saya ke tempat ini," sahut saya membesarkan jiwanya.
"Saya nggak mau berhutang. Bagaimana kalau kamu datang ke studio saya lalu kami pilih lukisan yang mana saja sebagai pengganti bill ini," kata  Philippe.
"Nggak usah repot-repot. Saya nggak masalah kok bayarin kamu."
"Nggak bisa. Kamu harus mengambil minimal satu lukisan saya, kalau kamu  menolak, saya nggak akan bisa tidur dilanda rasa bersalah," desak  mahasiswa ini.
"No, Philippe. It's late, I have to go home. Sorry," kata saya tegas.
"Do you think I can see you again?" tanya Philippe dengan suara memelas.
Saya menghampiri Philippe dan mencium pipinya sambil berkata, "Let God make the plan for us. I can't promise anything."