Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bercumbu di Montmartre

22 Oktober 2017   02:23 Diperbarui: 22 Oktober 2017   05:30 1799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monmartre, Pasar Seniman. Sumber foto https://id.pinterest.com/pin/138204282294947688/

Philippe melepaskan ciumannya namun tangannya masih memeluk dengan erat. Dan saya masih terduduk dengan napas menderu-deru. 

"I am sorry, Yoyo. C'est plus fort que moi," katanya lalu mencium saya lagi. 

Paris adalah Kota Cinta. Sejak dulu, saya merasa berciuman di ruang terbuka rasanya jauh lebih enak daripada di dalam ruangan. Dan di Eropa kita bisa ciuman seenaknya di mana saja tanpa ada satu pun orang yang peduli. 

Entah karena terhipnotis oleh romantisme Kota Paris, entah karena ciumannya menyenangkan atau mungkin juga karena dia tampan, tanpa terasa kali ini tangan saya balas memeluk dan bibir saya memberi reaksi atas ciumannya. Kami berciuman lama dan lama sekali. Tingkah laku Philippe sangat menyenangkan sehingga membuat saya dengan cepat merasa nyaman.

Sesi foto pun selesai. Dan saya merasa sedikit hampa. Saya ingin sesi foto ini berlangsung lebih lama lagi agar Philippe bisa mencium saya terus-menerus.

"Yoyo, saya tidak bisa membayar kamu. Kamu kan tau keuangan mahasiswa tidak seberapa. Tapi sebagai gantinya, bagaimana kalau kamu saya traktir makan malam di cafe ujung sana. Makanannya enak dan tempatnya menyenangkan dan harganya bersahabat.

Mendengar kata makan malam, perut saya langsung bergolak. Saya melihat jam dan ternyata memang sudah hampir jam 9 malam. Di musim panas seperti ini, jam 9 malam di Paris masih terang benderang seperti jam 3 sore di Jakarta. Makanya kalau di Eropa saya sering lupa makan.

Promosi Philippe tentang resto yang dia rekomendasikan ternyata bukan bualan belaka. Makanan di sini sangat enak dan suasananya sangat menyenangkan. Owner dari resto tersebut bernama Jacques Pepin. Selain pandai memasak, dia juga piawai memainkan akordion. Seperti pengamen jalanan, dia mendatangi semua pengunjung dari meja ke meja dan bermain akordion untuk menghibur tamunya. 

Saat tiba di meja kami, Si Pemain Akordion memainkan lagu Romeo and Juliet. Wow! Saya senang sekali  mendengarnya karena Romeo and Juliet adalah salah satu buku karya  William Shakespeare yang saya sukai selain Hamlet dan Macbeth. Buku itu bercerita tentang kisah pasangan yang jatuh cinta tapi terhalang karena kedua orangtuanya bermusuhan.  

Jacques memainkan lagu Romeo And  Juliet versi film yang dibintangi oleh Olivia Hussey. Begitu indah permainannya sehingga saya merasa perlu merogoh kantong untuk memberi  tips. Jacques meraih tangan dan mencium punggung tangan namun dia tidak  mengambil uang tips pemberian saya.

"Merci, mademoiselle. Tepukan tangan Anda jauh lebih berharga dari nilai uang berapa pun," katanya menolak dengan senyum lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun