"Okay. Kalo difoto aja, boleh. Nggak lama, kan?" kata saya.
"Saya jamin nggak lama. Okay, kita foto sekarang aja ya?"
Walaupun cuma difoto, ternyata sesi itu memakan waktu yang lumayan lama. Philippe memberikan saya beberapa bangku mini untuk setiap pose. Dia juga menyiapkan scarf, topi, pita dan payung berwarna warni sebagai tambahan aksesori.
Philippe mengambil payung lalu menyuruh saya untuk berpose. Dia berjalan mundur menjauhi saya lalu membuat bentuk  segi empat dengan cara merangkai jari-jari kedua tangannya untuk  mengambil angle yang tepat.Â
Klik! Selesai satu foto.
Setelah itu, dia memakaikan scarf  di leher saya dan mematut-matut scarf tersebut dengan berbagai macam lipatan. Seperti tadi, dia berjalan mundur lalu membuat bentuk segi empat dengan jari-jarinya lalu  menghampiri saya lagi. Sejenak dia  membetulkan scarf sedikit ke kiri lalu mencium pipi saya 'Cup' sambil berkata, "Perfect!"
Pipi saya langsung memerah karena malu tapi Si Fotografer terus bekerja dengan cuek. Sesi foto dilanjutkan dengan bangku lipat warna-warni. Sebelum  difoto, dia memakaikan sebuah topi baret berwarna merah.
Cup! Sekali lagi dia mencium pipi saya diikuti sebuah kata, "Perfect!"
Sesi terakhir, dia membuka topi lalu membuka ikat rambut yang saya pakai. Dari tas kecilnya dia mengeluarkan sebuah sisir lalu menyisiri rambut saya ke arah muka sehingga sebagian rambut menutupi sebelah mata.
Dan kejadian terus berulang. Dia berjalan mundur lagi, membuat bentuk segi empat dengan merangkai jari lalu menghampiri saya lagi.Â
Sesampainya di dekat saya, sekonyong-konyong Philippe memeluk dan  mencium saya di bibir. Seperti peristiwa yang sudah-sudah, saya hanya terdiam dan sama sekali tidak mengelak, tidak merespon tapi juga tidak  melakukan perlawanan.Â