Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Si Kembar yang Gemar Bersedekah

5 April 2023   21:30 Diperbarui: 9 April 2023   14:31 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            

Siang itu, jam di dinding menunjukkan pukul 02.30 wib. Maya sedang membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan makanan untuk persiapan berbuka keluarganya. Kak Bimo request ingin dibikinkan lauk sayur mangut kesukaannya.

"Mangut buatan Mama memang selalu paling spesial," kata Bimo memuji masakan mamanya. "Besok buatin ya Ma," pinta Bimo semalam. Memenuhi permintaan putra sulungnya, Maya menyempatkan diri untuk belanja di warung langganannya lebih awal tadi pagi.  

"Alhamdulillah, masih ada mangutnya," kata Maya sambil memilih beberapa buah sayur terung hijau, berikut bumbu-bumbu pelengkapnya. Cabe hijau, tomat hijau, cabe merah keriting, kencur, daun jeruk, daun salam, lengkuas dan 2 buah santan kara, semua sudah didapatnya. Seperti biasa Maya menyimpan bahan-bahan masakannya dalam kulkas untuk dimasak nanti sore setelah asyar.

Si kembar Anisa dan Amina  sudah pulang dari sekolah sejak pukul 11.00 wib tadi. Mereka masih duduk di kelas 3 SD. Selama bulan puasa ini mereka pulang lebih awal.  Bimo, si sulung belum pulang. Semalam Bimo sudah ijin ke mamanya pulang agak terlambat. Ada rapat koordinasi kegiatan sahur on the  road di sekolahnya, dan Bimo dipercaya sebagai  ketua  panitianya.  

Ramadan sudah masuk hari ke 14. Setelah beberapa kali menunda, akhirnya hari ini Pak Bram menepati janjinya untuk mengajak anak-anak ngabuburit dan sekalian buka puasa di luar.

"Mah, bilang ke anak-anak hari ini aku pulang lebih awal untuk mengajak mereka buka puasa di luar ya," ujarnya  saat menelepon istrinya.  

Mendengar kabar itu, Si kembar Anisa dan Amina yang masih duduk di kelas 3 SD langsung berteriak kegirangan.

"Horeeee ...akhirnya  kita ngabuburit," kata Amina sambil meloncat kegirangan.

"Alhamdulillah, kita mau ngabuburit ke mana Mah?" tanya Anisa kepada Ibunya.

"Hmmm ... itu kejutan, rahasia dong," ucap Maya menggoda dua putri kembarnya sambil tertawa kecil.    

Akhirnya Maya memasukkan bahan-bahan sayur mangutnya kembali ke dalam kulkas. Ia urung memasak. Lalu ia segera mengabari Bimo yang masih berada di sekolahnya via whatsApp chat tentang rencana buka puasa bersama  ayah dan adik-adiknya. Sampai saat ini, Maya belum tahu di mana mereka akan buka puasa.

[Kakak nanti Inshaallah menyusul Mah, tempatnya di mana?]  

[Mama juga belum tahu Kak, kata Ayah nanti Kakak akan dikabari jika semua sudah sampai ke tujuan]

"Ayah sudah booking tempatnya Mah, tenang aja gak akan gagal kali ini," ujar Pak Bram di telepon meyakinkan  istrinya saat Maya menanyakan di mana tempatnya.  

Sebenarnya Maya ada jadwal kegiatan berbagi takjil bersama teman-teman gurunya sore nanti. Tapi karena Pak Bram, suaminya mendadak meluangkan waktu untuk ngabuburit bersama anak-anak, ia terpaksa minta ijin kepada teman-temannya. Maya menghubungi Bu Nina via  whatsApp chat,

[Assalamu'alaikum, Bu Nina mohon maaf, hari ini saya ijin tidak bisa ikut kegiatan berbagi takjil]

[Wa'alaikumsalam, kok mendadak sekali Bu? Ada apa? Semua sehat kan?]

[Alhamdulillah sehat Bu, ini Pak Bram tiba-tiba mengajak anak-anak ngabuburit sekalian buka puasa di luar]

[Oh, iya ya Bu, tidak apa-apa, tapi besok di kegiatan santunan untuk anak yatim dan dhuafa jangan ketinggalan ya]

[Inshaallah, saya siap Bu] [Assalamu'alaikum]

[Wa'alaikum salam]

Ijin dari Bu Nina sudah didapatkan. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 wib. Setelah shalat asyar bersama mamanya, Si kembar Anisa dan Amina segera berganti baju. Mereka tampak cantik dengan baju setelan celana panjang gombrang warna krem dipadu hem oversize warna  biru dongker. Hijabnyalah yang membedakan mana Anisa, mana Amina. Anisa memakai hijab motif bunga kecil dengan dasar putih, sedang Amina memilih hijab pasmina panjang warna biru  polos.

Maya tak mau ketinggalan, ia pun segera bersiap. Ia tampak anggun dengan gamis warna broken white dipadu jilbab lebar warna white coffee. Sebuah bros emas mungil hadiah dari suaminya saat ulang tahun sebulan lalu tersemat di jilbabnya.

Sesaat kemudian Pak Bram datang dengan mobil Toyota Kijang Innova Zenik warna metalicnya. Sengaja ia memarkirnya di pinggir jalan. Toh sebentar lagi, mereka akan pergi untuk buka puasa.

Tak menunggu waktu lama mereka sudah dalam perjalanan menuju tempat tujuan.

Hanya perlu sekitar 15 menit dari rumah. Sore itu sebuah resto yang cukup terkenal sudah penuh oleh para pengunjung. Rata-rata para pengunjungnya adalah rombongan keluarga yang ingin menikmati suasana sore sambil menunggu waktu buka. Seorang waitress muda nan cantik menemui keluarga Pak Bram.

"Assalamu'alaikum, selamat sore Bapak, Ibu, maaf apakah sudah pesan tempat?" tanya sang waitress ramah.

"Sudah Mbak," jawab Pak Bram.

"Kalau kami boleh tahu, atas nama siapa Bapak?"

"Bapak Bramantyo Prakoso Mbak,"

Usai melihat daftar reservasi tamu, sang waitress kemudian memandu mereka menuju sebuah meja yang berukuran cukup besar untuk mereka berlima. Di atas meja sudah ada tulisan Reserved by Mr. Bramantyo Prakoso. Pemandangan sekitar resto yang sejuk, nyaman dan asri membuat Maya menebarkan pandangannya ke seluruh sudut. Penataan taman yang dipenuhi berbagai jenis bunga hias makin memikat hati Maya. Ia mulai tergoda untuk mengambil beberapa spot foto dari sebuah tanaman anggrek bulan yang  berada dekat mejanya.

"Mashaallah, cantiknya," ucap Maya terkagum-kagum.

"Oh ternyata di sini to Yah? Dekat sekolah Kakak dong ..." kata Anisa.

"Iya cantik, Ayah sengaja memilih tempat yang dekat dengan sekolah Kakak, supaya Kak Bimo bisa segera menyusul ke sini," ujar Ayah.

"Mah, Bimo sudah di kabari?" tanya Pak Bram kepada istrinya.

"Sudah Yah, sudah aku WA barusan. Paling sebentar lagi dia ke sini," jawab Maya.

Usai menyerahkan daftar menu yang dipesan pada Mbak waitress, Maya berniat jalan-jalan mengelilingi lokasi resto sebentar sembari menunggu tibanya waktu berbuka. Pak Bram asyik membuka gadgetnya dan memilih untuk menunggu waktu berbuka di tempat.

"Ayo sayang, kita jalan-jalan, masih ada waktu kurang lebih 30 menit lagi sebelum buka," ucap Maya pada Si kembar. Mereka segera menyambut ajakan mamanya. Sesekali mereka selfi atau saling bergantian mengambil foto.

"Mah, lihat itu Kakak," ucap Amina sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Bimo yang sedang berjalan. Seorang pemuda tampan berusia 17 tahun mengenakan baju koko lengan pendek warna biru muda berjalan di koridor resto.

"Kak, sini ....," Amina melambaikan tangannya untuk memberi tanda. Sesaat kemudian adzan magrib telah berkumandang. Pertanda tiba waktunya berbuka. Mereka bergegas kembali ke meja yang telah mereka pesan. Sajian aneka makanan dan minuman yang menggugah selera membuat Amina hampir lupa membaca doa berbuka puasa.

"Eits ... berdoa dulu sayang," ucap Ayahnya. Kali ini Ayah meminta Amina untuk memimpin doa berbuka puasa.

Ayah mengingatkan untuk segera membatalkan puasa dengan seteguk air dan beberapa buah kurma Tunisia yang sudah mereka pesan. Kemudian mereka sepakat untuk melaksanakan shalat magrib bergantian, sebelum menyantap makanan utama. Ayah dan Kak Bimo terlebih dulu pergi ke mushala yang disediakan oleh resto. Disusul Maya dan Si kembar Anisa dan Amina.

Selesai shalat, Ayah dan Kak Bimo kembali ke meja. Kini giliran Anisa, Amina dan mamanya. Mereka segera membawa mukena masing-masing menuju mushala. Letaknya tak jauh dari tempat di mana mereka duduk.

"Hlo, Yah, mana Anisa dan Amina?" tanya Maya setelah kembali bergabung.

"Bukannya tadi mereka shalat bareng Mama?" Pak Bram balik bertanya.

"Selesai shalat, aku sudah tidak melihat mereka Yah, aku pikir mereka sudah kembali ke sini," ujar Maya mulai was was.

"Coba Kak, telpon mereka, jangan-jangan mereka lupa jalan kembali ke sini," Pak Bram mencoba bercanda untuk menenangkan istrinya. Wajah Maya sudah pucat pasi, takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dengan putri kembarnya.

"Yah, hape mereka di sini, nih ... ," kata Bimo sambil menunjukkan hape yang masih ada di dalam tas mereka masing-masing. Si kembar hilang! Maya semakin resah. Matanya mulai berkaca-kaca.   

"Subhanallah, di mana mereka Yah," Maya hampir menangis. Ia merasa bersalah telah membiarkan mereka berjalan kembali terlebih dahulu.

"Mungkin mereka sedang jalan-jalan sebentar Mah, tunggu saja," ujar Pak Bram menenangkan istrinya yang sudah mulai tak kuat menahan air mata.

Akhirnya Bimo bersedia mencari Si kembar dengan mengelilingi komplek resto. Pak Bram tak mengizinkan istrinya untuk ikut mencari. Ia tahu pasti istrinya akan panik sepanjang jalan. Pak Bram juga tak melaporkan kejadian ini ke pihak resto. Ia yakin Allah melindungi putri kembarnya di manapun mereka berada. Dan ia yakin takkan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Waktu berlalu, detik demi detik, menit demi menit. Ini bagaikan sebuah penantian yang menyiksa Maya. Selera makannya sudah hilang. Ia tak bisa berhenti memikirkan di mana putri kembarnya berada. Tangis Maya pecah juga. Ia sesenggukan menahan rasa sedih, kalut, cemas, bingung dan entah apalagi.

Tetiba Bimo menelepon dan mengabarkan bahwa Si kembar telah ditemukan! Kini mereka sedang kembali ke tempat mereka makan.

Maya segera berlari menyongsong 2 putri kembarnya, memeluknya sembari menangis.

"Ya Rabb, kalian kemana saja tadi? Mama khawatir dengan kalian ..." suara Maya terdengar terbata-bata.

"Sudah Mah, kita makan dulu yuk ... Ayah lapar nih ... " Pak Bram berusaha tetap tenang untuk mencairkan suasana.

"Kami minta maaf Yah, Mah, Kak Bimo, karena sudah membuat bingung semuanya," ucap Anisa dan Amina sembari memeluk mamanya.

Selesai makan, Anisa dan Amina mulai bercerita tentang ke mana mereka pergi. Selepas shalat magrib, mereka berjalan keluar dari mushala terlebih dahulu tanpa menunggu mamanya. Mushala itu terletak berdekatan dengan jalan raya.

Saat berjalan, Si kembar melihat seorang anak berusia sekitar 6 -7  tahun tengah duduk dekat sebuah pohon sendirian. Pakaiannya kumal, rambutnya tak terawat. Tampaknya ia sedang menahan lapar. Si kembar jatuh iba dengannya. Mereka kemudian menghampirinya dan menanyakan di mana ibunya. Anak itu berkata bahwa ibunya sedang ada di seberang jalan bersama adiknya yang masih kecil. Mereka tinggal di sebuah gerobak dan hanya mengandalkan makan dari uang hasil penjualan barang-barang bekas yang mereka kumpulkan.

Teringat akan nasihat ayahnya, agar mau berbagi dengan sesama,  Amina dan Anisa berniat membantu anak itu. Anisa ingat ada uang seratus ribu di sakunya. Sebenarnya ia berniat menggunakan uang sakunya selama seminggu itu untuk dimasukkan ke kotak infaq di mushala tempat mereka shalat tadi. Tapi Anisa lupa.  Anisa dan Amina kemudian memesan beberapa snack untuk diberikan kepada anak kecil itu. Itulah yang membuat mereka menunggu lama dan membuat mamanya khawatir.

Mendengar penjelasan putri kembarnya, Maya merasa trenyuh, terharu sekaligus bangga. Betapa tidak? Putri kembarnya sudah melaksanakan salah satu amalan sunnah di Bulan Ramadhan, yaitu memperbanyak sedekah.

                                                                 

Artinya: Nabi SAW bersabda, "Sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang ditunaikan pada bulan Ramadhan." (HR Tirmidzi, dari Abu Hurairah)

"Alhamdulillah, terima kasih sayang, kalian hebat dan sudah mengerti untuk saling berbagi kepada yang membutuhkan. Mama dan Ayah bangga sekali, tapi besok ijin dulu supaya Mama dan Ayah tidak khawatir," ucap Maya dengan lemah lembut.

Sekeluar dari resto, Pak Bram dan keluarganya menghampiri gerobak tempat anak kecil itu dan ibunya berada. Maya telah memesan beberapa dus nasi lengkap dengan lauk pauknya untuk mereka. Si kembar mengulurkan sebuah amplop putih berisi beberapa lembar ratusan ribu kepada si Ibu. Ucapan terima kasih dan sebaris doa terucap untuk keluarga Pak Bram dari si Ibu. Kemudian mereka mengucap salam dan pamit untuk pulang.

Sebuah pelajaran berharga telah dialami keluarga Pak Bram malam itu. Sedekah yang diberikan di bulan Ramadhan akan memiliki pahala yang lebih besar dibandingkan sedekah yang diberikan di bulan-bulan lainnya. Hal ini karena pada bulan Ramadhan, pahala dari amalan kebaikan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Sedekah juga memiliki keutamaan untuk menghapus dosa.

~ Yfs ~

Ambarawa, 05 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun