Tangan yang biasanya ia lihat selalu membuat suatu karya itu, sekarang hanya tergeletak lemas dibaluti perban di sekitarnya. Pasti sakit, tentu saja. Dia hanya bisa berharap sahabatnya itu cepat sembuh, hingga bisa melakukan hobinya dan tersenyum lagi. Seperti hari-hari biasanya.
"Fin, mau minuman yang mana?" tanya Noah seraya menyodorkan kantong plastik yang berisi minuman-minuman yang baru saja dibelinya. Dia beli banyak karena rencananya akan dibagi-bagikan pada keluarga Finn nantinya.
"Air putih, dong.." Noah pun memberikan sebotol air Akua dari kantong plastiknya lalu memberikannya pada Finn.
"Makasih" sebut Finn sambil tersenyum, dibalas dengan anggukan Noah.
Saat ini mereka sedang duduk di sofa ruang rawat Finn. Noah menjenguk Finn seperti biasa, menemani sahabatnya itu. Mereka memang sudah sepaket. Dimana ada Finn, maka di situpun akan ada Noah.
"Noy.. menurutmu aku mungkin gak? Jadi seniman?" tanya Finn tiba-tiba, jarang baginya untuk berbicara serius seperti ini. Tidak seperti Finn biasanya.
"Iyalah, kamu kan udah latihan selama ini? Kenapa?"Â
"Gak.., cuma aku merasa gambarku gak meningkat akhir-akhir ini.. apalagi, tanganku sekarang patah. Jadi gak bisa latihan deh.." Noah lalu menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.
"Siapa bilang gak meningkat, Fin? Lagian hebat loh, kamu itu latihannya dari nol. Dari yang awalnya gak bisa ngegambar sama sekali, jadi bisa. Apalagi hasilnya bagus-bagus semua.." puji Noah. Mungkin karena sedang sakit, Finn jadi suka overthinking hari ini. Jadi dia tidak boleh berhenti mendukung sahabatnya kali ini, tentu saja dengan segenap hati.
"Tapi tetap aja, Noy..." keluh Finn.
"Finn.., jangan putus semangat gitu dong. Kemana sahabatku yang ceria itu??" Noah sekali lagi menepuk-nepuk punggung Finn, memang begitu kebiasaan khasnya saat menyemangati orang lain.