Mohon tunggu...
Yola Widya
Yola Widya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penyuka kuliner dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temu Yang Tak Kunjung Datang

28 Juli 2024   10:24 Diperbarui: 28 Juli 2024   10:26 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

            "Kenapa harus ke warung kopi? Aku bisa membantumu ...."

            Aku menggeleng keras-keras. "Ini untuk janjiku pada Mena yang tak sempat kupenuhi. Biar aku sendiri yang berusaha mengikis sedih dan penyesalannya."

            Suara peluit kereta api memecah aura sedih di antara kami. "Tapi kamu kan akhirnya pulang ...." Faris tersenyum.

Senyum yang hambar. Karena jelas ia tak ingin aku pulang. Tapi aku harus pulang. Demi janjiku pada Mena.

            "Waktunya berangkat ...." Senyum Faris makin hambar saja. "Jangan lupa kembali lagi ke sini. Dan ini untuk Mena. Bacakan untukku yah ...."

Faris meletakkan sebuah buku saku di tanganku. Kumpulan doa-doa. Aku langsung memeluknya erat-erat. Terima kasih, Love you ....

            "Janji kembali lagi?" tanya Faris di depan peron.

Aku masuk ke peron sambil melempar senyum usil padanya. Senang rasanya melihat Faris tak karuan pagi ini.

            "Kalau kembali ke sini kau akan punya ini!" seru Faris sambil berlari menyusuri pagar pembatas.

            Aku melihatnya mengacungkan sebuah kotak kecil. "Apa ituu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun