Mohon tunggu...
Yola Widya
Yola Widya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penyuka kuliner dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temu Yang Tak Kunjung Datang

28 Juli 2024   10:24 Diperbarui: 28 Juli 2024   10:26 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adu mulut keduanya terhenti ketika Viya masuk ke halaman rumah sambil menuntun sepeda. Wajahnya terlihat tidak baik-baik saja. Kusut dan lelah. Rasa kesal Faris langsung memuncak begitu melihat Viya. Tanpa menunggu penjelasan, Faris langsung menumpahkan semua uneg-unegnya.

            "Viy, kamu sadar jam berapa sekarang?" serangnya sambil menghampiri Viya yang jelas sedang bad mood.

            Viya mendelik. "Datang-datang langsung disemprot," ucapnya sinis. Ia mendorong Faris agar membiarkannya lewat.

Faris menarik lengan Viya. "Kamu dari mana? Ini sudah malam. Kenapa sekarang jadi sulit dihubungi?" Namun Faris tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Viya malah menepis lengannya, lalu masuk ke dalam rumah.

Ana pura-pura tidak melihat Viya begitu sahabatnya itu masuk ke rumah. Viya lewat begitu saja di depannya tanpa menoleh. Dari semenjak Viya pulang ia memang pura-pura sibuk mengerjakan tugas di ruang tamu. Ana terkejut ketika tiba-tiba Faris ikut masuk ke dalam rumah.

            "Hei, Ris. Sabar, Ris! Jangan masuk dong...." Ana merentangkan lengannya lebar-lebar di depan Faris. Mencoba menghalangi langkah cowok itu.

Faris merengut. Ia tahu peraturannya. Cowok dilarang masuk ke dalam rumah. Tapi tingkah Viya membuat hatinya kesal. Rasanya belum puas jika belum mendapat jawaban dari pacarnya itu. Ia akhirnya membalikkan badan, lalu keluar. Tak lama kemudian terdengar suara motor distarter. Ana mengembuskan napas lega. Setidaknya perang dunia ketiga tidak jadi tercetus malam ini, gumamnya.

***

Aku menatap beranda Instagram. Lagi-lagi jari ini refleks mengetikkan nama Mena. Aku tercekat. Berkali-kali kuketikkan namanya, tapi akunnya tak ada yang muncul. Akun pribadi dan akun usahanya tidak ada. Apakah sudah dihapus? Tetiba sedih itu menusuki kembali dada. Mena di mana kamu? Bahkan hanya ingin melihat wajahmu saja sekarang begitu sulit. Rasa penasaran membuatku berulang kali mengetikkan namanya di beberapa website. Tapi rasa kecewa kembali menohokku. Semua foto Mena seolah menghilang. Apakah ini hukuman Tuhan padaku karena tak dapat menepati janji?

            "Mena, andai Tuhan memberimu waktu lebih panjang, kita pasti bisa bertemu ...."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun