Mohon tunggu...
Yohanes Vincentius Krissanto
Yohanes Vincentius Krissanto Mohon Tunggu... Lainnya - murid

serteh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The End

23 Maret 2024   10:02 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:05 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tiba di Castra pada akhir musim panas 1735. Saat itulah harapanku muncul, karena Castra masih dalam kondisi yang sangat baik.; tapi, meskipun demikian, ada yang mengganjal. Bukankah Castra sudah hancur pada akhir tahun 1666? Oke, anggap ada yang membangunnya lagi, tapi ada lagi yang mengganjal. Ini masih siang hari, bahkan di musim panas, tapi kenapa sangat sepi? Aku bahkan tidak mendengar suara apapun dari dalam sana. Dan, kenapa pula gerbangnya terbuka?

Aku masuk dengan hati-hati, lalu mengeluarkan belatiku yang kudapat 32 tahun lalu, karena kondisinya masih sama baiknya.  Aku berkeliling menyusuri Castra, dan semua yang kulihat hanyalah bangunan-bangunan kosong, meski kondisinya masih bagus. Sepertinya bangunan-bangunan kosong itu sudah bertahun-tahun ditinggalkan. Akhirnya, setelah beberapa minggu menyusuri Castra, aku dapat menyimpulkan bahwa di sini juga tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia. Lantas, kemana semua manusia itu pergi? Apakah mereka semua mati karena serangan es itu?

Tapi, kemudian aku menyempatkan diri untuk pergi ke istana Castra yang anehnya sudah hancur, padahal bangunan lainnya masih utuh. Aku masuk ke sana dan melihat banyak tulang-tulang, tengkorak, dan senjata-senjata berserakan di sana, juga banyak bekas-bekas peperangan. Di dalam sana sangat kacau, hancur, dan berantakan. Lalu aku lanjut naik ke lantai-lantai berikutnya. Suasananya kurang-lebih sama, hanya berbeda ruangan saja, tapi tetap saja kacau. Sampai akhirnya aku tiba di lantai teratas istana . Aku melihat sebuah pintu yang masih bagus dan terawat di ujung lantai teratas itu. Di pintu itu tertulis "ruang kerja". Aku membuka pintu itu dan melihat ruang kerja yang masih bagus dan terawat, dan seseorang yang sedang duduk di kursi putar, di balik meja kerja itu. Tunggu,,,,, orang?

Pria itu menggunakan baju kerajaan, kumis dan janggutnya menyatu, namun tipis. badannya tidak begitu besar, hanya sedikit lebih tinggi dariku, tapi sangat kokoh. Orang ini, sama persis dengan "pengkhianat" 47 tahun lalu, terlebih lagi, dia hanya memiliki satu lengan. mengingat lengannya pernah diserang oleh ayahku, aku yakin sekali, dia merupakan orang yang sama.

Aku ingin sekali menyerangnya, tapi ia menyuruhku duduk dengan aba-aba tangan. Aku pun duduk di kursi depan meja kerja itu sambil bersiaga. 

"Apa yang membuatmu datang kemari, nak?"

"Kenapa kau malah mewawancaraiku?"

"Haha, aku bertanya karena penasaran kok,. Jadi, apa yang membawamu kemari?"

"Aku sudah menyusuri seluruh benua, dan inilah yang terakhir. Apa itu semua perbuatanmu?" Tanyaku dengan geram.

"....Ya."

"Atas dasar apakah kau melakukannya, Antiquus?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun