Mohon tunggu...
Yohanes Vincentius Krissanto
Yohanes Vincentius Krissanto Mohon Tunggu... Lainnya - murid

serteh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The End

23 Maret 2024   10:02 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:05 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terbangun dengan keadaan yang sangat prima. Bahkan bisa dibilang, sekarang aku lebih berenergi. Aku tidak tahu bagaimana mungkin aku masih bisa hidup. Yang seingatku, aku sudah mati di tempat ini tadi, dan aku ingat dengan jelas bahwa aku sudah menjadi lumpuh setelah membaca halaman kedelapan, dan bahkan kondisiku saat itu tidak memungkinkan untuk bertahan hidup. Tapi sekarang ini bahkan tak ada luka satupun di tubuhku, bahkan bekasnya pun tidak ada. Aku pergi keluar dan melihat banyak bunga-bunga bermekaran. Haah,,,padahal saat itu adalah awal musim dingin, tapi sekarang sudah musim semi? Entahlah. Aku yakin kalau bukan karena tekad dan emosiku yang meluap saat itu, aku takkan bisa mencapai tahap akhir.     

---------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Aku pergi ke hutan dengan rasa bingung dan tanda tanya yang besar. Akupun masuk lebih dalam lagi ke dalam hutan untuk berburu sekaligus mencoba belati baru yang kudapat itu. Aku mencari dengan hati-hati, berusaha sebaik mungkin agar hewan-hewan tidak menyadari keberadaanku. Lalu,,,,,,,itu dia.

Ada babi hutan yang sangat besar sedang tidur di bawah pohon besar. Aku mengeluarkan belatiku dari sarungnya, lalu menyerang babi itu dengan sayatan dari semak-semak di belakangnya. Setelah sayatan itu, aku langsung berbalik untuk menyiapkan serangan berikutnya. Tapi, babi itu hanya terdiam, dan ternyata babi itu bati dalam sekali sayat yang ternyata mengenai lehernya. Tapi meskipun mengenai lehernya, sejauh ini aku belum pernah menyerang babi dengan sekali serang, sekalipun mengenai lehernya. Dan aku dapat menyimpulkan, bahwa belati ini sangat tajam. 

Aku hendak menghampiri babi itu untuk dimakan lalu membawa sisanya ke rumah. Lalu aku melihat goresan bekas sayat itu ternyata mengeluarkan api. Aku terkejut lalu melihat belatiku juga diselimuti api. Aku berpikiran melemparkannya ke air agar apinya mati. Tapi saat itu juga, apinya menghilang. Dan saat aku membayangkan tentang api tadi, api itu muncul lagi dan menyelimuti belatiku. Saat itu juga aku baru ingat, bahwa buku yang sebelumnya kubaca itu adalah buku tentang ilmu yang terlarang, dan satu-satunya adalah sihir.

---------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Sihir, adalah ilmu yang terlangka, dilarang, dam tersulit untuk dipelajari karena resiko lumpuh, cacat, sampai kematian. Kekuatannya sangat kuat dan dahsyat . bahkan kekuatan seorang penyihir setara dengan kekuatan militer sebuah kerajaan. Kekuatan sihir seseorang tergantung dari jumlah halaman yang dapat dibaca oleh si pengguna tersebut, tingkat rendah, menengah, dan tingkat tinggi. Usia seorang penyihir tingkat tinggi dapat mencapai 500 tahun, dan masa emas kekuatan sihirnya adalah usia 180 tahun. Pada awalnya, buku sihir di dunia ini dijual di pasar gelap di seluruh benua dengan harga selangit. Orang-orang sangat ambisius untuk memiliki buku sihir itu dan menguasainya, meski mereka tahu resikonya. Sayangnya, kebanyakan dari mereka gagal dan mati karena terlalu memaksakan dan gagal. Beberapa yang mengetahui batas diri pun ada yang selamat dan menjadi penyihir. Tapi sayangnya, hampir semua yang lolos itu adalah penyihir cacat atau lumpuh. Hingga pada tahun 1601, jumlah buku itu menjadi 2, karena buku sihir hanya dapat dibuat oleh seorang penyihir tingkat tinggi. Kemudian, kedua buku itu dipegang oleh Dies, ayah dari Meridies dan Metus. Kemudian, kedua buku itu diwariskan kepada Meridies dan Metus. 

Itu semua adalah informasi-informasi tentang sihir yang kukumpulkan dan kusimpulkan, setelah mencarinya dari sisa-sisa reruntuhan kerajaan. Sudah 32 tahun aku mengumpulkan informasi itu dengan menelusuri setiap kerajaan dari setiap benua dan menjelajahinya. Sekarang ini tahun 1734, dan umurku 63 tahun. Seharusnya aku sudah tua, tapi karena aku sudah mempelajari tentang sihir, umur 63 sudah bukan apa-apa. 

Dari reruntuhan Kerajaan Agung Acies di selatan, Onus di barat, Ripa di tenggara, Emptor di barat laut, Fines di timur, Frons di barat daya, dan bahkan Kerajaan Agung Irae di utara, semuanya hancur. Tapi, dari reruntuhan-reruntuhannya, aku menyimpulkan satu hal yang sangat mengganjal. Semuanya hancur karena serangan es, dan aku yakin es itu bukanlah es yang muncul secara alami, karena daerah Barat dan Selatan merupakan daerah tropis, sedangkan daerah Barat Daya merupakan daerah gurun.

Ah, tiba-tiba aku jadi teringat kejadian 47 tahun lalu. Sepertinya es-es itu ada hubungannya dengan si "pengkhianat" 47 tahun lalu itu. mengingat orang itu menggunakan es sebagai senjatanya, aku jadi semakin yakin bahwa ini semua berkaitan satu sama lain. 

Dan sekarang yang  tersisa hanya Kerajaan Agung Castra yang belum kudatangi. Karena sejauh ini, dari ketujuh kerajaan yang kudatangi, semuanya hancur tanpa ada jejak kehidupan manusia sama sekali. Jadi, kuharap setidaknya ada jejak atau bekas kehidupan manusia di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun