"Pak, bagaimanapun juga itu adalah tulisanku. Aku tidak peduli nantinya bakal viral atau bakal popular atau tidak, aku hanya ingin namaku tertera disana. Mungkin bisa ditulis juga nama Anda sebagai editornya," jawabku lagi.
"Cukup! Jangan sampai aku mencoret namamu agar kamu tidak bisa magang di sini lagi," ujarnya.
"Ada apa nih pagi-pagi kok udah ribut-ribut? Kamu kenapa John? Bukannya senang tulisanmu viral kok malah mengeluh?" tanya Pak Ridwan kepadaku.
"Maaf pak, mungkin bapak hanya melihat judulnya saja yang viral di media ini, tapi apakah bapak sudah melihat nama dari penulisnya?" tanyaku.
"Coba dijelaskan dengan baik dan alasan kenapa kamu setega itu ke anak ini, wahai temanku Anwar?" tanya Pak Eddy dengan tegas dan tatapan tajam yang langsung membuka tulisan puisiku ketika mendengar keluhanku.
BACA JUGA: Cerpen: Pura-pura Bodoh demi Terlihat Pintar
BACA JUGA: Tips Merawat dan Memelihara Landak Mini yang Baik
"Saya hanya bisa bilang, kalo ditulis nama dia, belum tentu puisi ini bakal populer dan banyak yang dibaca. Tadinya, saya mau menempatkan namamu, Pak Eddy yang sudah terkenal," jawab Anwar.
"Tapi nama Anda sedang menjadi sorotan, jadi biar ada kelihatan proses, saya taruh saja nama saya yang juga lagi meningkat di media ini, toh demi media ini juga," tutup Anwar.
"Sekarang juga! Kamu buat artikel klarifikasi dan permohonan maaf, lalu kamu edit ulang dan tempatkan nama John dalam puisi itu," seru Pak Ridwan.
"Ya! Aku juga sepakat, biar dia hanya anak magang, bagaimanapun juga itu adalah tulisan dia dan hasil karyanya, jangan kau ambil hak orang lain," tambah Pak Eddy.