"Baik pak, aku akan berikan yang terbaik walaupun kualitasku sangat jauh di bawah dari Pak Eddy yang sudah sangat senior," jawabku ke pak Ridwan.
Batas waktu penulisan diberikan ke Pak Ridwan kepadaku selama tiga hari dan ternyata ada satu tulisan puisiku yang mendapat kesan di mata sang pimpinan redaksi.
Judul puisi itu tentang Ibu yang mengisahkan seorang anak merindukan ibunya yang sudah lama meninggal karena sakit.
Namun, agar tidak ada kesalahan kata atau agar ada bentuk tatanan kata yang lebih menarik, tulisanku diserahkan ke Pak Eddy yang jauh lebih profesional dan senior untuk dirapikan atau diedit.
"Tulisanmu sangat bagus, aku saja yang sudah senior dan mendapat banyak penghargaan tersentuh membacanya," puji Pak Eddy terkait tulisanku.
BACA JUGA: Cerpen: Tak Mudah Katakan, Jangan Lihat dari Fisik
BACA JUGA:Â Servis Septic Tank, Pekerjaan Kotor yang Mulia
"Nanti tulisanmu ini akan kuberikan ke bagian editor lainnya, si Anwar agar bisa langsung dinaikkan. Aku tidak bisa menaikkan tulisan mu langsung karena itu adalah hak editor, selamat ya John!" tutup Pak Eddy.
Mendapat pujian dari senior yang sudah sangat berpengalaman dan terkenal di dunia puisi Tanah Air tentu sangat membanggakan hati bagiku.
Tak lama kemudian, Pak Eddy bertemu dengan Anwar yang juga namanya sedang naik daun, namun dalam penulisan cerpen di media ini.
Aku tak bisa mendengar pembicaraan mereka dan juga pastinya tak berani untuk ikut nimbrung. Hanya bisa berharap tulisanku segera dinaikkan dan bisa membantu kanal puisi di media ini naik lagi.