Selang dua hari, aku melihat puisiku banyak yang baca dan ternyata viral dan menjadi tulisan terpopuler di media tempat aku magang.
Pastinya saya sangat merasa bangga, jadi kuputuskan untuk melihat lagi tulisanku apakah banyak yang diedit atau tidak.
Nyatanya, tulisanku tidak ada sama sekali yang diganti hingga membuatku sangat merasa senang.
Namun saat melihat bagian akhir, yaitu nama karya yang tertera bukanlah namaku. Lebih menyakitkan dan menyebalkan lagi, nama itu langsung mendapat penghargaan dan diapresiasi oleh para pembaca.
Jelas hal ini membuat ku bertanya-tanya. Padahal, meski aku hanya anak magang tapi setidaknya puisi itu adalah karyaku, itu adalah tulisanku, mengapa bukan aku yang mendapat penghargaan?
BACA JUGA: Termasuk Persija Vs Persib, Ini Laga Sepak Bola Terpanas di Dunia
BACA JUGA: Asal Muasal Lahirnya Nama Indonesia (YMK 4)
Keesokan harinya, aku memutuskan untuk menemui orang yang namanya tertulis dalam karya puisiku itu.
"Pak, apa boleh tahu mengapa bukan nama aku yang ditulis dalam puisi itu? Kenapa nama Anda? Itu adalah karyaku, tulisanku, dan kisah nyata dalam hidupku pak, bisa tolong jelaskan," tanyaku sambil menahan emosi.
"Katakan padaku, kalau aku menulis namamu, siapa yang peduli? Siapa yang kenal kamu? Kamu di sini hanya anak magang, kalo tulis namamu belum tentu puisinya juga viral seperti sekarang!" jawab orang yang ingin aku tendang ini.
"Sudahlah, nanti tulisanmu ini juga masuk dalam penilaian kami. Itu kan yang terpenting buatmu? Namaku bakal jauh lebih membantu di media ini daripada namamu, sudah kerjakan tugasmu yang lain saja! Jawab orang itu sambil pergi.