"Pak, kenapa masih pakai jaket ini? Ayo ganti dengan jas ini, nanti kalau bapak tidak ada yang mengenali bagaimana?" kata seseorang yang mungkin saja bodyguard dari si bapak yang ternyata orang sangat kaya.
"Ah, justru saya sengaja agar tidak dikenal. Lagi pula, jaket ini banyak sejarah dan kenangannya. Simpan saja jas itu, biar nanti di kantor baru kupakai!" perintah si bapak.
"Oh, oke. Baik pak." Jawab orang itu.
Siapa yang sangka si bapak itu benar-benar sangat kaya dan terpandang. Bukan hanya dari mobil mewahnya saja yang kulihat, tapi juga dari sejumlah polisi yang mengawalnya saat ingin pergi.
Aku pun langsung berdoa meminta maaf kepada Tuhan karena telah berburuk sangka ke orang lain, sambil berharap agar si bapak tadi bukanlah bos besar yang harus kutemui dalam pekerjaan dinas ini.
Kalaupun memang si bapak memang bos besar yang haru kutemui, semoga saja ia tidak kembali mempermasalahkan kejadian kue dia yang 'kurampok' tadi.
BACA JUGA: Cerpen: Satu Kebaikan, Mendatangkan Kebaikan Lainnya
BACA JUGA:Â Nyatanya, Jadi Tukang Parkir Tak Semudah yang Dibayangkan
Sebelum mencari taksi untuk pergi ke kantor tempat yang harus ku sambangi tadi, aku memberikan kueku yang masih utuh kepada petugas kebersihan bandara agar dia bisa sarapan, setelah itu barulah aku berangkat.
Dalam perjalanan, aku benar-benar mendapat pelajaran penting. Seringkali aku mengatakan ke orang lain, "Dong Judge a book by it cover atau jangan menilai orang dari luarnya saja."
Ungkapan ini seringkali kita dengar atau rasakan atau bahkan keluar dari mulut kita sendiri saat memberikan saran ke orang lain, atau mungkin cerita ini juga sudah ada yang pernah baca atau dengar.