Siapa yang sangka, meski aku sudah mengambil satu potong, dia masih mengambil juga dan kembali tersenyum melihatku lebih lebar.
"Kamu lagi lapar ya? Belum sempat sarapan di rumah?" tanya si bapak dengan ramah dan senyum juga.
Aku jelas tidak mau menjawab, seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepadanya, tetapi mengapa malah dia yang memberikan pertanyaan itu kepadaku.
Saat memasuki potongan terakhir, ia mengambil bungkusan itu dan memberikannya kepadaku sambil berkata. Di saat bersamaan, suara pengumuman untuk masuk pesawat sudah terdengar.
"Ini ada potongan terakhir, silakan untuk kamu saja ya, nanti biar bungkusnya saya yang buang," ujar si bapak kembali dengan tersenyum.
BACA JUGA: 5 Calon MVP NBA Musim Ini: LeBron James Bukan Pertama
BACA JUGA: Ikon Abadi El Clasico: Kepala Babi untuk Luis Figo
"Ya, Terima Kasih!" ucapku dengan ketus.
Saat melihatnya secara menyeluruh, aku melihat pakaiannya yang benar-benar sudah cukup lusuh dan sedikit kumal.
Terbesit di pikiranku jika ia bukanlah orang yang berkecukupan. Akupun semakin kesal karena merasa orang seperti bapak itu memang tidak memiliki manner atau sopan santun dan tidak layak naik pesawat.
Ketika sudah berada dalam pesawat, aku ingin melupakan kejadian tersebut.Â