Contoh : Berdasarkan pemeriksaan terhadap pengelolaan sayur mayur pada Departemen Fresh diketahui bahwa metode pengeluaran barang diubah dari metode LIFO 15 menjadi FIFO namun tidak diikuti dengan perubahan tata letak barangnya. Namun hal ini tidak diinformasikan kepada manajemen. Atas kebijakannya tersebut, pelanggan merasakan kualitas sayuran yang disajikan menjadi kurang segar, sementara itu tujuan dari perusahaan adalah menyajikan sayur mayur yang segar dengan harga murah. Dari poin diatas, kita bisa membaca bahwa ini dikategorikan Temuan Besar karena adanya pelanggaran terhadap tujuan perusahaan yatu menyajikan barang dengan kualitas bagus.Â
SERBA-SERBI DALAM PENYAJIAN TEMUAN AUDIT INTERNAL
1. Temuan Audit Positif jarang diungkapkan jika dibandingkan dengan Temuan Audit Negatif. Berdasarkan survei sederhana serta unofficial  pada sebuah platform media sosial yang dilakukan penulis, sebanyak 33% responden (total responden 40 responden) yang menyatakan menyajikan Temuan Audit Positif dalam Laporan Hasil Audit (LHA) nya sementara Temuan Audit Negatif menempati posisi pertama dengan persentase sebesar 48%;
2. Temuan Audit Negatif yang memiliki nilai nominal besar lebih diminati dan menarik manajemen dalam hal perhatiannya pada Laporan Hasil Audit (LHA). Ada semacam kesepakatan tidak tertulis dahulu bahwa temuan keuangan akan lebih sangat bermutu dibandingkan dengan temuan non-keuangan. Seolah-olah menganggap temuan non-keuangan sebagai warga negara kelas kedua setelah temuan keuangan. Konsekuensinya auditor akan berusaha memfokuskan untuk mengembangkan temuan-temuan yang bernilai rupiah yang besar jumlahnya, kemudian baru mencoba memperbaiki sistem pengendalian yang ada.Â
3. Masih adanya Auditor yang merasa kesulitan dalam menyusun sebuah temuan.
Dari ketiga hal tersebut, mari kita bahas berikut ini :
1. Atas hal tersebut, tentunya sebagai Auditor Internal perlu secara fair menyajikan temuan apapun kondisi yang diperoleh, baik bersifat positif maupun negatif. Artinya, dengan memposisikan diri sebagai consultant kita harus mengapresiasi hasil yang diperoleh auditee sehingga akan membantu auditee secara psikologis terhadap pelaksanaan kegiatan auditee di waktu yang akan datang. Temuan yang baik mencakup pertimbangan auditor menyangkut sebab dan akibat dari kondisi tersebut;
2. Untuk poin kedua tersebut, dengan berkembangnya penerapan Risk Based Audit Internal, maka pola pikir sebelumnya menjadi berubah dimana temuan yang bersifat non-keuangan menjadi sama pentingnya dengan temuan keuangan dalam rangka upaya perbaikan organisasi. Hal ini sejalan dengan survei survei sederhana serta unofficial  pada sebuah platform media sosial yang dilakukan penulis, dimana sebanyak 54% responden (total responden 79 responden) menyatakan bahwa perbaikan internal control menjadi perhatian Auditor Internal. Artinya bahwa Temuan Audit Internal tidak harus terus menerus membahas temuan yang berbentuk nilai atau nominal rupiah;
3. Terkait hal ini, perlu secara konsisten Auditor Internal mengasah kemampuan menulisnya dengan berbagai macam jenis Penugasan Audit Internal. Thus, untuk hal ini akan dibahas pada artikel selanjutnya.
KESIMPULAN
1. Penting bagi seorang Auditor Internal memahami dan mampu mengaplikasikan prosedur audit yang benar menjadi sebuah temuan yang dituangkan dalam Laporan Hasil Audit (LHA)