Mohon tunggu...
yoanitaaurakasih
yoanitaaurakasih Mohon Tunggu... Novelis - pelajar

...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lucid Dream

21 November 2024   11:55 Diperbarui: 21 November 2024   14:18 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Biasanya koran bekas itu kamu kemanain?" tanya pak Abdul lagi.

"Biasanya di rongsok si kalo lagi butuh duit banget, kenapa si pak?" balas Anastasia dengan nada sedikit meninggi.

"Gini, saya ada tetangga pengrajin patung koran, orang yang biasa nyetok koran ke dia gak lanjut gatau kenapa, dia minta tolong buat dicarikan penyetok lain, saya langsung kepikiran kamu, toh daripada koran gak laku nya ketumpuk doang kan?" jelas pak Abdul.

"Boleh deh pak, lumayan," Anastasia mengiyakan permintaan pak Abdul.

"Nanti sore langsung ketemu ya."

Disini Anastasia sekarang, di sebuah perkampungan tempat dimana pak Abdul tinggal. Pak Abdul mengantarkan Anastasia ke rumah sang pengrajin patung yang sudah pak Abdul ceritakan tadi.

"Tunggu ya neng, saya panggil dulu orangnya," ucap pak Abdul sembari memasuki rumah sang pengrajin.

Anastasia hanya mengangguk, ia berkeliling melihat-lihat patung yang sudah selesai.

Saat sedang melihat-lihat, punggung Anastasia ditepuk dari arah belakang, Anastasia menoleh.

"Ayo masuk, orangnya udah nunggu," ucap pak Abdul sambil menarik tangan Anastasia.

Anastasia mengikuti pak Abdul dari belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun