Aku terkesiap mendengarnya, terbayang harus mengadili anak-anak, bukan hal yang gampang.
Bou melanjutkan lagi, "Biasanya ruang pengadilan itu sudah steril. Tidak ada yang boleh membawa senjata tajam. Tapi pas bou mau membacakan dakwaan, tiba-tiba tersangka mengeluarkan silet dan menyileti tubuhnya sampai berdarah-darah. Entah darimana siletnya. Bou langsung minta sidang ditunda."
Jantungku berdebar-debar, mataku terbelalak dan nafasku tertahan ketika mendengarnya.
"Jadi Yen, tidak usahlah kau bekerja sebagai hakim ya." kata Bouku dengan lembut.
Aku tertunduk dan  menjawab "iya" dalam hatiku.
....
Buat sebagian orang, kerja sebagai Hakim terkesan gampang. Mungkin karena cara berpikirnya sama seperti aku sebelum mendengar tantangan yang dihadapi Bouku ketika menjalankan tugasnya sebagai Hakim.
"Ketok palu dan beres."
Ternyata tidak.
Ada banyak hal yang perlu dipikirkan, ada banyak hal yang perlu diteliti.
Kadang saya melihat Bou saya jam 11 malam masih membaca semua materi dakawaan sambil terkantuk-kantuk.