Keinginan itu saya sampaikan kepada Ibu saya, dan saya giat belajar sehingga selalu jadi juara kelas di kelas. Nilai saya selalu bagus dan saya sering terpilih menjadi Ketua Kelas, Pengibar Bendera dan diikutkan ke berbagai perlombaan mewakili sekolah saya, SMA Negeri 1 Medan yang merupakan sekolah favorit di Medan. Â
Suatu hari saya lihat Bou datang ke rumah dan berbincang dengan Ibu saya.
Saat melihat saya Bou tersenyum dan bertanya : "Iya Yen, kata Mami kau mau jadi hakim ?"
"Iya Bou," kata saya sambil memandangnya dengan kagum.
Kata Bou saya, "jadi Hakim itu banyak tantangannya. Bou selalu berusaha memberikan hukuman yang seringan-ringannya kepada terdakwa, tapi belum tentu dia senang dengan hukuman yang Bou berikan."
"Keluarga yang dimenangkan juga belum tentu senang dengan hukuman yang Bou berikan kepada terdakwa."
"Oh iya juga." Pikirku.
Bou lanjut bercerita "Bou pernah menjemput Sam (anaknya) di sekolah. Waktu di jalan Bou bingung, kok ada mobil ikuti Bou terus di jalan. Pas sudah sampai sekolah Sam, Bou langsung bilang 'cepat-cepat Sam, masuk.'"
"Dari sekolah Sam, kami gak langsung pulang, saya bilang supir supaya mutar-mutar dulu sampai mobil yang mengikuti itu sudah ada tidak ada lagi. Bou sempat lihat, yang menyetir mobil itu adalah terdakwa yang pernah Bou hukum 2 (dua) tahun, tapi sekarang sudah bebas."
Aku terkejut mendengarnya.
Bou lalu melanjutkan. "Bou pernah menangani kasus anak yang membunuh temannya (sebaya) karena pengen dapat sepedanya." "Oh iya Bou, aku tahu peristiwa itu," kataku. "Lalu Bou melanjutkan, "Suatu hari dia dibawa ke ruang siding untuk dibacakan hukumannya. Tapi pas sampai di ruang sidang ternyata tubuhnya lemah mungkin karena tempat tidurnya seadanya. Lalu Bou bilang 'bawa kembali, bagaimana mau diadili kalau kondisinya seperti ini ?"