Demi Tuhan, apa ini? Kedua tangannya  Suaranya dingin dan menakutkan.
"Aku memintamu untuk menolongku, bukan membuatku terjebak masalah."
Aku hampir menjerit ketika tangan kirinya memukul tembok di belakangku.
"T---tapi aku sudah membuatmu mendapatkan Nora, kan? Itu permintaanmu. Seharusnya kau pun tak muncul secepat ini. Aku baru mendapat sedikit bahas untuk tulisanku."
Kuberanikan diri menjawab, walau takut. Aku takut Rayan akan memukulku.
"Kamu naif sekali. Ah, bukan naif tapi bodoh!"
Aku menatap kesal.
"Sebenarnya apa maumu? Kamu sengaja merayuku, pura-pura menyukaiku supaya aku mendapatkan Nora untukmu. Licik!"
Kukira Rayan akan marah, tetapi dia malah terbahak. Aneh sekali dia dan aku kaget bukan main ketika pintu kamar mandi terbuka, lalu Nora keluar dan langsung memeluk mesra Rayan.
"K---kalian?!"
Nora tertawa sinis.