Rika menahan diri, agar dia tidak menggerung di dalam pelukan Utari. Rasanya memang begitu melankolis, ketika menyadari jika anak yang sejak kecil diasuh ternyata kini sudah menjadi milik orang.
Tubuh mungil itu tak bisa sesering dulu didekap. Utari takkan lagi bermanja di dalam pelukannya. Anaknya tidak akan lagi merengek hal-hal sepele kepada dirinya. Semua terasa begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia menggendong dan membuai Utari, namun sekarang gadis itu sudah menjadi seorang wanita.
Wajar jika ada satu sisi di dalam diri Rika yang tidak rela. Karena dia hanya seorang Ibu. Namun melihat gurat bahagia di wajah Utari, Rika merasa jika kehilangannya tidak sia-sia. Gadisnya berada dalam perlindungan orang yang tepat. Dia tidak perlu merasa khawatir, karena dia tahu jika Bagus Pandhita akan menjaga sang putri dengan baik.
"Terima kasih, sayang. Kamu mungkin agak terkejut. Tapi percayalah, ini adalah pilihan terbaik dari Mama."
"Mama nggak mau cerita apapun? Misalnya aja, kapan pertama kali kalian bertemu? Apa dia pelanggan toko Mama?"
"Ehm, ini agak rumit." Rika terlihat tersipu.
"Maaa." Utari merajuk begitu sudah melepaskan pelukannya.
"Iyaa, kamu itu nggak sabaran amat! Dia temen SMA Mama dulu." Rika mulai berkisah, "Tiga bulan yang lalu secara nggak segaja kita ketemu. Dia kebetulan nemenin sahabatnya yang mau beli kue untuk ulang tahun istrinya."
"Wah, itu pasti kejutan yang manis."
"Mau dengerin cerita Mama, nggak?"
Utari mengangguk, kemudian mengenggam kedua tangan Mama dengan erat. "Lanjutin, Ma!"