"Mbak Anti dan Kak Dewo gimana?"
"Mama juga memberitahu mereka. Tapi nggak mungkin kan, Mama nyuruh mereka pulang hanya untuk makan malam?"
"Iya, juga. Jadi, siapa calon Papa baru Riri? Apa Riri kenal, Ma?"
"Udah, ah! Nanti kamu juga tahu."
"Mama udah yakin pilih dia?" Riri mencoba mencari kesungguhan di wajah Mama.
Rika jelas mengetahui kekhawatiran anaknya. Bertahun-tahun hidup sendirian, semua dia dedikasikan untuk dapat memberikan kehidupan yang layak bagi Antari dan Utari. Sekarang setelah kedua anaknya menikah, Rika merasa sudah saatnya membutuhkan teman lagi.
Tidak mungkin bagi Rika, untuk menuntut Utari agar selalu datang ke rumah. Apalagi Antari juga ikut dengan suaminya, yang kini berpindah tugas di Jogja. Tidak. Dia tidak mau menyusahkan anak-anaknya. Melihat mereka bahagia, Rika juga merasakan hal yang sama.
Tapi terkadang dia kesepian. Dia membutuhkan teman untuk berbagi. Hingga suatu hari dia bertemu dengan pria itu.
"Kalau Mama nggak yakin, Mama nggak mungkin bakalan seserius ini." senyum mengembang di bibir Rika. Dia mengusap-usap tangan Utari dengan penuh kasih sayang.
"Mama." Utari menghambur ke dalam pelukan Mama Rika. Wanita itu mengusap-usap punggung sang putri yang mulai terisak dengan lembut, "maafin Riri ya, karena udah nggak bisa sering-sering pulang. Aku sayang Mama, dan Riri akan mendukung apapun itu yang terbaik buat Mama."
Rika mengusap sebutir kristal bening di sudut mata. Ada rasa bangga menyelinap di dalam hatinya, ketika merasakan perubahan besar pada diri Utari. Gadisnya sudah menjadi seorang wanita dewasa. Putri kecilnya sekarang sudah menjadi istri seseorang.