Mohon tunggu...
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE )
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE ) Mohon Tunggu... Dosen - LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajaran Penting dari SARS-COV2 (Corona)

22 Maret 2020   13:30 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:42 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Jika kita ingin memperbesar nilai P sehingga > 1, maka harus mengurangi keanekaragaman, dengan konsekuensi menurunnya tingkat kestabilan. Untuk meningkatkan produksi pangan maka manusia mereduksi jumlah jenis tanaman menjadi hanya beberapa jenis saja, yaitu gandum, padi dan jagung. Untuk tanaman yang tergolong tanaman komoditi penikmat juga direduksi menjadi hanya beberapa jenis saja, seperti tebu, teh, kopi, coklat, rempah rempah. 

Hamparan permukaan bumi yang luas dengan keanekaragaman yang tinggi diubah menjadi petak petak luas kebun dan pertanian tanaman pangan. Akibatnya ekosistem jadi rentan dan rapuh terhadap serangan hama penyakit. Bahkan di masa depan tanaman jagung akan mendominasi. Sekarang ini dapat dikatakan peradaban manusia modern bertumpu pada jagung, disebut sebagai peradaban jagung. 

Selain untuk makanan pokok, jagung jadi unsur utama pembuatan pakan ternak unggas, mamalia besar. Sebenarnya ketika seseorang makan daging ayam, pada dasarnya yang dimakannya adalah jagung. Jagung dijadikan bahan makanan berbasis tepung, bahan pemanis pengganti tebu, bahan bakar ( biofuel ), minyak goreng. 

Pengerucutan jumlah jenis keanekaragaman hayati turut berkontribusi terhadap timbulnya wabah penyakit. Solusi atas masalah ini adalah mengembalikan keanekaragaman hayati ke tingkat maksimal yang dapat dicapai. Sebenarnya ada puluhan titik keseimbangan yang sudah rontok, tetapi yang ditampilkan di sini sebagai bahan diskusi hanya 4 titik saja.

Epilog

Semua uraian di atas memperlihatkan bahwa manusia modern yang membuka celah pintu masuk bagi mikro organisme berkembang jadi wabah penyakit. Pintu itu makin lama makin terbuka lebar dan makin mudah ditembus. Jumlah titik rawan yang berkontribusi terhadap melemahnya daya imunitas dari serangan penyakit tidak disadari, karena semua orang termasuk para pakar hanyut di dalam kepanikan. 

Orang yang punya kapasitas besar hanya berkonsentrasi pada upaya tindakan taktis, lupa untuk berpikir dan bertindak strategis. Tindakan taktis memang perlu dan penting untuk jangka pendek, tetapi tindakan strategis tidak kalah penting untuk mempersiapkan sistem dalam menghadapi serangan di masa depan. 

Keadaan sekarang diperburuk oleh sikap arogansi sekelompok orang yang tidak mau peduli , bahkan terhadap nyawanya sendiri. Atlet besar seperti Lionel Messi dan Christian Ronaldo mau patuh terhadap protokol WHO tentang COVID -19. 

Sekelompok warga Jakarta menentang Protokol DKI tentang COVID -19, terkait penutupan tempat tujuan wisata di DKI. Bentuk pembangkangan itu terlihat dari banyaknya kendaraan ke luar kota dengan tujuan Puncak dan Bogor. 

Antrian kemacetan terjadi sampai mencapai belasan kilo meter. Warga Jakarta mau bersusah payah menembus kemacetan lalu lintas. Mereka memperlihatkan betapa rendah kemampuan mengendalikan diri. 

Bersikap tenang memang perlu, tetapi tindakan menantang bahaya, sungguh tindakan tolol dan bodoh. Orang yang tidak peduli dengan keselamatan orang lain, bahkan dirinya sendiri, tidak pantas ditolong. Serangan virus corona memang telah memberi kita banyak pelajaran penting, termasuk membuka secara telanjang tingkah polah sebagian manusia yang menjengkelkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun