Mohon tunggu...
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE )
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE ) Mohon Tunggu... Dosen - LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajaran Penting dari SARS-COV2 (Corona)

22 Maret 2020   13:30 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:42 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis

Serangan virus corona telah membuka mata dan membuka kesadaran baru, bahwa ternyata

landasan peradaban manusia tidak setangguh yang dikira. Ternyata peradaban kita rapuh, rentan, seperti seorang akrobatik dan trapeze berjalan di atas seutas tali. Sedikit saja ada guncangan, keseimbangan kita goyah. Keseimbangan yang dibangun oleh peradaban modern ternyata rapuh. 

Goyahnya keseimbangan itu langsung serta merta direspon dengan tindakan panik berlebihan, bersifat reaktif bahkan cenderung taktis belaka. Tindakan itu mungkin efektif membendung serangan virus corona, tetapi diragukan efektifitasnya pada jangka panjang. 

Seandainya ada serangan virus baru di masa depan, kita akan memberi respon yang sama. Jika itu yang terjadi akan fatal akibatnya. Efek daun rontok di musim gugur yang terjadi pada fenomena pertempuran di abad XIX akan terulang lagi. Pada abad XVIII taktik bertempur pasukan infantri adalah maju mendekati pasukan musuh. 

Setelah dalam jarak tembak, ke dua pasukan saling menembak dengan senapan kuno yang akurasi tembakannya rendah dan durasi waktu jeda antara tembakan pertama dengan tembakan berikutnya cukup lama. Pada waktu itu tidak dikenal maju dengan cara tiarap. Satu abad kemudian ditemukan senapan mesin yang dapat memuntahkan ratusan peluru dalam waktu satu menit. 

Sementara formasi menyerang masih dalam posisi jalan berdiri. Akibatnya sungguh fatal, pasukan ke dua pihak langsung berguguran seperti daun kering ditiup angin. Situasi itu langsung di respon dengan cara tiarap, dan angka korban lsngsung turun drastis. Efek itu kemudian disebut dengan efek daun rontok di musim gugur untuk menyebut situasi merespon situasi baru dengan cara lama. 

Oleh karena itu sudah waktunya kita mulai berpikir strategis dan konseptual. Cara pandang manusia terhadap virus juga perlu dikoreksi. Kita memperlakukan mikro organisme termasuk bakteri dan virus sebagai musuh yang harus dibasmi. Ibarat musuh yang berhadapan head to head. Kita lupa bahwa mahluk itu adalah bagian dari diri kita. 

Di tubuh kita terdapat puluhan ribu mikro organisme. Sebagian besar ada di dalam sistem pencernaan kita. Serangan frontal bertubi tubi terhadap mikro orgaisme pada akhirnya memukul balik diri kita sendiri. Manusia lupa bahwa mikro organisme berkembang tidak terkendali karena kita yang menciptakan pra kondisi dan kondisi untuk berkembangnya mikro organisme. 

Dari kajian berbagai text book, kondisi yang dimaksud adalah melemahnya pertahanan daya imunitas tubuh manusia. Hal ini disinyalir sebagai faktor dominan atas berkembangnya berbagai jenis virus dalam satu abad terakhir. Melemahnya daya resistensi sistem kekebalan tubuh disebabkan oleh pra kondisi yaitu ambruknya tatanan keseimbangan di alam. Indikasi dari pernyataan itu dapat dilihat dari beberapa fakta di bawah ini :

1. Semakin berkurangnya keaneka ragaman hayati. Berkurangnya keanekaragaman hayati terlihat dari meyempitnya pilihan bahan makanan pokok manusia. Makanan pokok manusia hanya bertumpu pada beberapa jenis bahan pangan berbasis biji seperti padi, gandum dan jagung. Bahan makanan itu kaya karbohidrat dan gula, tetapi miskin serat dan protein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun