Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Inflasi, antara Cinta dan Benci

13 Juli 2022   19:21 Diperbarui: 14 Juli 2022   07:15 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi inflasi. (sumber: SHUTTERSTOCK/SAUKO ANDREI via kompas.com)

Penurunan terjadi pada kelompok sandang -19,5 persen (m-to-m), kelompok makanan, minuman dan tembakau -1,4 persen (m-to-m), dan peralatan informasi dan komunikasi -3,4 persen (m-to-m)

Penurunan pada penjualan eceran yang terefleksi dari IPR bulanan, menggambarkan tekanan terhadap daya beli. Kemampuan daya beli (purchasing power) terhadap harga relatif barang dan jasa, tergerus akibat tingginya inflasi.

Pertanyaannya, apakah penurunan daya beli yang tergambar pada IPR aktual, merefleksikan terpukulnya daya beli masyarakat/rakyat kecil? Tentu saja, karena pengeluaran harian, adalah faktor paling sensitif dan berimplikasi pada kemiskinan, bagi kelompok masyarakat dengan income perkapita per hari yang rendah.

Paritas daya beli

Bank Dunia (World Bank) menetapkan standar garis kemiskinan dengan pengeluaran perkapita per hari US$ 1,9 (di luar komponen nin makanan). 

Orang dengan pengeluaran demikian, dikatakan miskin. Di bawah USD 1,9/hari dikatakan miskin absolut/ekstrem. Pengeluaran per hari tidak memenuhi standar pengeluaran minimum BD.

Untuk data terbaru, Garis Kemiskinan (GK) Indonesia adalah Rp.486.168,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 360.007,- (74,05 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp 126.161,- (25,95 persen).

Bila GK RI Rp.486.168 dengan konversi kurs PPP Indonesia per US$ 1 setara Rp. 5.341,5. Maka GK Indonesia setara US$ 3,0, melewati standar PPP BD sebesar US$ 1,9 perkapita/hari. Tapi ini masih debatable. Karena ada klasifikasi lain.

Bagi negara-negara miskin (low income countries) dipakai ukuran US$1,90 per kapita per hari. Bagi negara-negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income countries) sebesar US$3,20. Dan bagi negara-negara berpendapatan menengah atas (upper middle income countries) sebesar US$5,50.

Dengan demikian, posisi Indonesia sebagai lower middle income countries, maka standar PPP ideal adalah US$ 3,20. Artinya, dengan konversi PPP RI sebesar US$ 3,0 saat ini, masih di bawah skala PPP Indonesia sebagai lower middle income countries sebesar US$ 3,2. GK Indonesia masih rendah. Dengan demikian, bila GK dinaikkan setara US$ 3,2 per kapita per hari, tentu orang miskin akan meningkat.

Sebagai keterangan, PPP dihitung berdasarkan ukuran daya beli relatif sejumlah mata uang yang berbeda. Karena sandar BD adalah US$ 1,9, maka kita membandingkan dollar AS dan rupiah dalam perspektif PPP. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun