Mohon tunggu...
Yadi STP MM
Yadi STP MM Mohon Tunggu... Penulis - Science Content Writer PT Algarosan Nusantara

Berasal dari Rangkasbitung sekarang tinggal di Surabaya. Bekerja sebagai penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel Cerita Ksatria Ilalang Bab 46 Ki Buyut Putih

9 Juni 2022   06:09 Diperbarui: 10 Juni 2022   08:46 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat matahari pagi sudah mulai terasa hangat menerpa kulit, Jaka Someh bersama Dewi Sekar berangkat ke lokasi yang di perkirakan sebagai tempat Padepokan Ki Buyut Putih.

Hanya membutuhkan waktu satu jam lebih, mereka sudah sampai di lokasi tersebut. Meskipun sudah berada di depan padepokan, Jaka Someh dan Dewi Sekar tidak langsung masuk ke dalamnya. Mereka ingin memastikan bahwa tempat tersebut adalah benar-benar Padepokan Ki Buyut Putih. Setelah yakin bahwa tempat tersebut adalah tempat yang mereka cari, mereka pun keluar dari persembunyian dan langsung mendatangi pos penjagaan.

Pos tersebut sedang di jaga oleh dua orang murid Ki Buyut Putih. Jaka Someh memberi salam kepada keduanya

"Permisi, akang-akang...mohon maaf, apakah benar ini adalah padepokan guru besar Ki Buyut Putih...?"

Kedua penjaga tersebut terlihat kaget melihat kedatangan Jaka Someh dan Dewi Sekar yang terkesan tiba-tiba. Mereka terdiam dan mengamati kedua tamunya secara seksama, lalu bertanya kepada Jaka Someh dan Dewi Sekar

"Hey...kalian ini siapa? Kenapa bisa tiba-tiba ada di sini...?"

Mendengar pertanyaan kedua penjaga tersebut, Dewi Sekar langsung menjawab

"Saya Dewi Sekar Harum, putri Raden Surya Atmaja dari perguruan Karuhun Pusaka, saya sedang mencari keluarga saya, menurut informasi yang saya dengar, Rama saya sedang berada di sini. Maaf Akang, apakah informasi tersebut benar, bahwa Rama saya ada di sini...?"

Kedua penjaga yang bernama Jaman dan Sarmadi terkejut mendengar jawaban Dewi Sekar. Sesaat mereka terkesima dan terdiam. Mereka juga merasa takjub ketika melihat Dewi Sekar secara seksama. Cantik dan berwibawa. Karena grogi, mereka menjawabnya dengan suara terbata

"Ii...iya...iya, nya...nya...nyai benar..."

Dewi Sekar merasa lega  mendengar jawaban Ki Jaman dan Sarmadi tersebut. Dengan sopan Dewi Sekar meminta kepada kedua penjaga tersebut untuk menemui Ramanya

"Akang mohon maaf...tolong sampaikan pesan ke Rama Saya, Raden Surya Atmaja, sampaikan bahwa Dewi Sekar sudah ada di sini..."

Sarmadi dan Ki Jaman mengiyakan permintaan Dewi Sekar

"Baik, Nyai. Saya akan segera sampaikan pesan Nyai...nyai tunggu di sini...saya akan berangkat ke ruangan Raden Surya Atmadja".

Tanpa membuang waktu lagi, Sarmadi langsung pergi ke sebuah bangunan yang berada di dalam area padepokan. Setelah sampai di depan pintu ruangan tersebut, dia mengucapkan Salam dan memanggil Nama Raden Suryaatmaja

"Sampurasun, permisi...Juragan Surya Atmaja...! Raden..."

Setelah beberapa kali mengucapkan Salam dan memanggil Nama Raden Surya atmaja, Raden Surya Atmaja pun keluar dari bangunan tersebut

"Ya...ada apa Ki Sarmad, pagi-pagi sudah memanggil saya...?"

Sarmadi menjelaskan tujuannya kepada Raden Surya atmaja

"Anu, juragan...maap lancang kalau mengganggu juragan pendekar. Di Pos jaga ada yang mengaku sebagai putri anda, namanya Nyai Mas Dewi Sekar Harum..."

Raden Surya Atmaja terkejut mendengar kabar tersebut. Antara percaya dan tidak, hatinya langsung melonjak girang. Selama ini dia begitu khawatir karena belum ada kabar tentang putri kesayangannya itu. Padahal gurunya Dewi Sekar sendiri sudah sempat datang ke padepokan Ki Buyut, Dewi Sekar justru tidak ada kabar berita apapun. Seakan-akan menghilang di telan bumi. Raden Surya Atmaja yang antusias, tanpa sadar berteriak keras kepada Sarmadi. Dia berteriak karena merasa girang dan bahagia

"Hah...yang benar Sarmad, sekarang dimana  putri saya?"

Sarmadi segera mengantar Raden surya Atmaja ke Pos Penjagaan.  Di Sana, Raden Surya Atmaja melihat putrinya sedang mengobrol dengan seorang pemuda yang berpenampilan lusuh. Raden Surya Atmaja tak kuasa untuk menahan rasa bahagia setelah melihat putri kesayangannya berada di tempat itu.

"Nyai...! Geulis...Nyai...Beneran ini  kamu...aduh Alhamdulillah Gusti...nyai bisa  selamat... kemana saja  kamu selama ini? Rama benar-benar khawatir..."

Dewi Sekar terharu dan  bahagia  karena bisa melihat ayahnya dalam keadaan sehat wal afiat. Dia pun langsung memeluk ayahnya sambil menangis, ada rasa haru bercampur bahagia. Betapa senangnya dia dapat kembali berkumpul bersama ayahnya. 

"Alhamdulillah Rama, saya baik dan selamat. Saya sempat mengalami musibah, Rama. Saya terluka parah setelah bertarung melawan Nyi Sundel, anak buah ki Jabrik. Tapi Untung saya masih selamat, setelah di obati dan dirawat oleh Kang Someh...."

 "Alhamdulillah ...yang penting  kamu  selamat...Rama  tidak pernah lepas untuk memikirkan keadaan kamu...bagaimana bisa kamu menghilang begitu saja. Guru mu, Nini gunting Pamungkas, sudah datang ke padepokan ini, tapi karena khawatir dengan keadaan kamu yang tidak di ketahui kabarnya, beliau pun segera  turun gunung kembali,  untuk mencari kamu...".

Dewi Sekar merasa tidak enak  karena telah menyusahkan gurunya sendiri. Namun dia tidak mampu berkata apa-apa, kecuali hanya diam seribu bahasa. Tidak lama kemudian adiknya datang. Raden Arya Rajah datang dengan diikuti oleh dua pendekar muda lainnya, yaitu Raden Jaya Permana dan Jaka Sampurna.

Raden Arya Rajah mencium tangan kakak peremuannya, Dewi Sekar

"Teteh, bagaimana kabar? Kemana saja selama ini? Saya sampai kangen..."

Dewi Sekar tersenyum melihat adiknya yang nampak sehat. Setelah itu, Raden Jaya Pernana dan Jaka Sampurna mendekat kepada Dewi Sekar. Mereka tersenyum hangat. Keduanya nampak gagah dan berwajah tampan. Sama-sama keturunan ningrat. Melihat Dewi Sekar yang cantik, mereka berbalapan untuk menyalami Dewi Sekar. Dewi Sekar membalasnya dengan diiringi senyum manis yang menggetarkan hati. Membuat Raden Jaya Permana menjadi semakin terpesona. Dengan penuh rasa percaya diri, dia memperkenalkan dirinya sambil berusaha menebarkan senyum pesona.

"Bagaimana kabar Nyai? Perkenalkan nama akang adalah Raden Jaya Permana putra Raden Kusumaningrat, Pangeran dari kerajaan Galuh, akang adalah salah satu murid senior dari Kyai Sepuh Anom...."

Dewi Sekar membalas salam Jaya Permana dengan  senyuman yang hangat. Dengan wajah yang ramah dia berkata kepada Raden Jaya Permana

"Saya Dewi Sekar Harum, putri Raden Surya atmaja, Pangeran...".

Jaya Permana merasa senang hatinya karena mendapat respon menyenangkan dari Dewi Sekar. Dia berkata kepada Dewi Sekar

"Nyai... jangan panggil akang dengan sebutan Pangeran , panggil saja kang Jaya permana, begitukan lebih enak terdengarnya..."

Melihat keakraban Raden Jaya Permana dengan putrinya, Raden Surya Atmaja merasa senang dan bangga. Sebaliknya dengan Jaka Someh, hatinya merasa sedih melihat istrinya akrab dengan lelaki lain. Hatinya di bakar api  cemburu. 

Dalam hati dia berkata

"Wah saya  minder melihat mereka...mereka gagah dan tampan. Aduh itu lagi...Nyai Sekar koq kelihatan  serasi sekali dengan si pangeran ganteng itu... Nyai Sekar sangat ayu, cantik jelita, si Pangeran  itu juga terlihat sangat gagah dan tampan, bahkan keduanya sama-sama ningrat. Waduh saya bener-bener merasa cemburu, melihat keduanya akrab seperti itu...aduh...dasar cemburu buta... Sadar...sadar, Someh, kamu  harus berbaik sangka  kepada istri kamu sendiri..."

Tak lama kemudian tempat itu pun sudah banyak didatangi oleh para pendekar dan murid-murid Ki Buyut Putih yang ingin menyambut kedatangan Dewi Sekar, putri Raden surya atmaja yang terkenal cantik. Diantara mereka ada Nyai Ageung Cintanagara, salah satu istri dari ningrat kerajaan galuh, kakak tertua dari Raden Jaya Permana.

Mereka berkumpul di halaman padepokan Ki Buyut putih, menyambut kedatangan Dewi Sekar. Mereka bersuka cita, menyalami dan berbincang dengan Dewi Sekar. Begitu asyiknya mereka tanpa menghiraukan keberadaan Jaka Someh yang sedang berdiri mematung. Jaka Someh kemudian pergi menjauh dari mereka, dia duduk di sebuah bangku kayu, di bawah pohon asam, yang jaraknya sekitar 10 meteran dari pos penjagaan. Jaka Someh bergumam sendirian untuk menghibur hatinya yang merasa sedih.

"Duh saya di cuekin, he...he...Dewi Sekar juga lupa sama suaminya sendiri... he...he..."

 Hatinya merasa sedih melihat istrinya seakan-akan sudah lupa dengan dirinya. Walaupun begitu, dia tetap merasa bersyukur karena sudah berhasil mengantar Dewi Sekar menemui keluarganya dalam keadaan selamat, sehat wal afiat tanpa kurang apapun juga.

Ketika Raden Surya Atmaja, Arya Rajah, Jaya permana dan yang lainnya sedang bersuka ria dengan kedatangan Dewi Sekar, Ki Buyut Putih keluar dari kamarnya dengan di kawal oleh beberapa murid seniornya. Ki Buyut Putih langsung menyalami Dewi Sekar. Dewi Sekar pun  mencium tangan Ki Buyut Putih yang sudah kelihatan sepuh. Dewi Sekar berbasa-basi dengan menanyakan kabar Ki Buyut Putih

 "Bagaimana kabar eyang guru...?"

Ki Buyut Putih membalasnya dengan senyum yang ramah, sambil berkata

"Alhamdulillah geulis, eyang  masih di beri kesehatan oleh Yang maha Kuasa".

Tiba-tiba ki Buyut putih melihat ke arah jaka Someh yang sedang duduk menyendiri, dia pun bertanya kepada Dewi Sekar

"Nyai, geulis, itu  siapa yang sedang duduk disana?"

Dewi Sekar baru sadar akan keberadaan jaka Someh, suaminya sendiri. Dia heran kenapa dia bisa melupakan Jaka someh yang baru resmi menjadi suaminya. Dewi Sekar kemudian menjawab pertanyaan Ki Buyut Putih

"Astagfirulloh saya koq bisa lupa dengan suami saya sendiri...maaf eyang, itu  kang Someh, suami saya..."

Ki Buyut putih memandang ke arah jaka Someh, dia tersenyum dan memanggil Jaka Someh

"wah itu suami nyai ya...? ayo cucuku yang tampan...kesini, jangan menyendiri begitu ...Ayo kesini, kumpul bersama yang lain".

Raden Surya Atmaja dan yang lainnya merasa sangat terkejut mendengar Dewi Sekar menyebut jaka Someh sebagai suami kepada Ki Buyut Putih.

Raden Surya Atmaja langsung bertanya kepada putrinya

"Nyai...kamu  jangan bergurau...bagaimana bisa kamu menikah dengan lelaki itu...tanpa seizin dan sepengetahuan Rama-mu sendiri....".

 Raden Surya Atnaja berkata dengan nada yang cukup tinggi.

"Maaf Rama...saya benar-benar minta maaf...ceritanya sangat panjang, Rama...Mang Karta yang telah menikahkan kami berdua...".

Dewi Sekar mencoba menenangkan ayahnya.

"ya tidak bisa seperti itu...Nyai...berani sekali si Karta melangkahi kakaknya sendiri...berani-beraninya dia menikahkan kamu tanpa seizin Rama...memang benar dia adik rama...tapi ya tidak boleh begitu juga caranya...".

Raden karta merasa marah kepada adiknya yang telah berani menikahkan Dewi Sekar dengan jaka someh.

Hadirin yang ada di sana pun ikut menjadi tegang. Ki Buyut Putih mencoba menenangkan Raden Surya Atmaja, agar mereda emosinya.

"Sudah...sudah...Raden...tidak baik...marah-marah seperti itu...malu di lihat orang banyak..yang sudah terjadi ya sudah...Raden Karta melakukan itu  pasti ada alasannya...lagi pula Nyai Sekar nampak bahagia bersuamikan  Jang Someh...bagaimana nyai apakah betul kamu merasa bahagia...?".

Ki Buyut Putih mencoba menenangkan Raden Surya Atmaja yang terlihat emosi. Dia mencoba menengahi permasalahan itu.

Raden Arya Rajah juga ikut  menenangkan ayahnya yang nampak masih emosi.

"Iya Rama...saya yakin si teteh pasti tidak sembarangan di dalam urusan sepenting ini....saya sangat mengenal pribadinya...pastinya Rama sendiri jauh lebih mengenal pribadi si teteh di banding yang lain...".

Raden Surya Atmaja pun menghela nafas.

"Iya...eyang...Rama...adik...saya tulus menyayangi kang Someh...saya menikah dengan Kang Someh  tanpa ada paksaan dari siapa pun juga ... semuanya sudah saya pertimbangkan secara masak-masak...".

Kata Dewi Sekar.

Raden Surya Atmaja menganggukan kepala, dia meminta maaf kepada Dewi Sekar

"Iya nyai...Rama minta maaf...ya sudahlah... walau Rama tidak setuju...tapi karena kamu sudah memutuskan demikian...Rama sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi...semuanya terserah kamu yang menjalani...tapi di padepokan ini kamu tidak boleh tinggal satu atap dengannya...dia harus tidur di ruangan lain...yang terpisah dengan kamu...". 

Dewi Sekar merasa bahagia mendengar ucapan ayahnya. Dia tahu bahwa ayahnya masih merasa tidak ikhlas menerima Jaka Someh sebagai menantu. Namun yang penting untuk saat ini, ayahnya sudah bisa menerima keputusannya menikah dengan Jaka Someh. 

"Iya, Rama. Biar Kang Someh tidur bersama adik Arya Rajah...., tidak apa-apa kan adik...?".

Dewi Sekar meminta izin adiknya agar Jaka Someh tidur bersamanya.

"Iya...teteh...tidak apa-apa..saya justru senang...".

Jawab Arya Rajah menenangkan kakak perempuannya.. Raden Surya Atmaja yang melihat kedua anaknya membela Jaka Someh, hanya bisa terdiam pasrah.

Ki Buyut Putih merasa senang melihat Raden Surya Atmaja sudah menurun emosinya. Kemudian dia berpaling kepada Jaka Someh dan berkata

"Eh sini  Jang Someh...ayo sekarang kamu salami mertuamu..kami mohon maaf atas kejadian ini....mohon jangan dimasukan ke dalam hati..."

Jaka Someh yang mendengar ucapan Ki Buyut Putih yang penuh ketulusan. Ada perasaan hormat kepada ki Buyut Putih yang berwibawa dan penuh karisma. Jaka Someh berkata kepada Ki Buyut putih

"Iya Kyai, Saya yang justru mohon maaf karena telah menyebabkan sedikit ketegangan di sini...".

 Ki Buyut putih tersenyum mendengar perkataan Jaka Someh yang merendah.

Jaka Someh kemudian menyalami Raden Surya Atmaja, sambil mencium tangannya. Raden Surya Atmaja menerimanya meskipun dengan perasaan yang terpaksa. Jaka someh juga menyalami Ki Buyut Putih, Raden Arya Rajah dan yang lainnya.  Suasana  kembali menjadi cair.

Bersambung Ke Bab 47 Hati Yang Mendengki

Kembali Lihat Daftar Isi dan Sinopsis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun