Di tertawakan oleh Panji, Asih sedikit emosi.
“Kang Panji, sudah…saya sudah tidak mau lagi bertemu dengan akang…pokoknya titik…akang silahkan pergi dari rumahsaya “.
Panji merasa gondok di usir oleh Asih
“Beneran kamu mengusir saya?awas nanti kamu akanmenyesal…memangnya kamu sudah tidak cinta lagi dengan saya…?”
Nyi asih terdiam mendengar ancaman dari Panji. Hatinya mulai bimbang, karena walau bagaimanapun dia masih belum bisa melupakan Panji. Asih berkata kepada Panji
“Iya kang Panji, saya tidak menyesal, lebih baik akang sekarang pergi “
Panji berkata ketus
“Oke kalau begitu, sekarang hubungan kita putus…awas kamu jangan menyesal ya…”
Nyi Asih terdiam, hatinya merasa bimbang. Bujuk rayu setan pun mulai mempengaruhinya. Dengan hati yang galau dia memandang kepergian Panji yang marah kepadanya.
Sudah dua minggu semenjak Panji datang ke rumah,Asih terlihat sedikit galau.
Entah setan apa yang mempengaruhinya, dia merasa rindu dengan sosok Panji, mantan kekasihnya. Ada keinginan untuk bertemu kembali dengan mantan kekasihnya itu, meskipun untuk yang terakhir kalinya. Hatinya mulai dipenuhi kebimbangan, antara setia kepada suaminya atau kah memenuhi syahwatnya untuk bertemu dengan selingkuhannya. Berkali-kali dia berusaha menasehati dirinya sendiri