Keesokan paginya, Jaka Someh berpamitan kepadapak Rohadi dan warga kampung Cikaret lainnya. Pak Rohadi membekalinya dengan sekantung uang
“ini uang punya bapak...buat kamu...buat bekal di jalan...mohon di terima...”
Jaka Someh tak kuasa untuk menolak pemberian uang dari Pak Rohadi
“Bapak. Terima kasih banyak...Saya minta maaf telahmerepotkan Bapak…”
Kata Jaka Someh dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangisan.
Mang Udin dan Bi Cicih juga ikut melepaskan kepergian Jaka Someh yang akan pergi meninggalkan kampung mereka untuk berkelana.
Mereka merasa sedih berpisah dengan Jaka Someh yang sudah mereka anggap sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri. Jaka Someh begitu berat berpisah dengan mereka, terutama dengan si Jalu. Dia begitu menyayangi Jalu meskipun bukan anak kandungnya sendiri.
Jaka Someh kemudianmemeluk dan mencium kepala Jalu. Si Jalu pun menangis, seakan-akan dia mengerti bahwa Jaka Someh akan pergi jauh meninggalkannya. Dengan berat hati Jaka Someh melepaskan pelukannya kepada Jalu.
Setelah pamit, Jaka someh melambaikan tangannya kepada pak Rohadi dan warga kampung Cikaret. Dia pergi meninggalkan kampung Cikaret menuju arah timur, untuk memulai pengembaraannya ke negeri entah berantah.
Bersambung Ke Bab 19. Pendekar Pengelana Sakti Yang Membumi