Asih merayu Panji supaya mau masuk ke dalam rumahnya. Panji tersenyum, sambil menggelengkan kepalanya dia berkata lembut kepada Asih
“Nanti saja nyai...lain waktu saja akang main ke rumah kamu...Betul nyai…akang janji…lain waktu akang akan mampir ke rumah kamu, bertemu dengan orang tua nyai…sekarang akang pamit dahulu ya...”.
Meskipun kecewa, namun Asih tak kuasa lagi untuk menghalangi niat Panji untuk pergi. Setelah Panji dan temannya tidak kelihatan lagi, Asih naik ke tangga rumahnya. Pak Rohadi yang melihat kedatangan Asih, langsung tersenyum dan berkata
“Eh Nyai, kamu teh sudah pulang…? Tadi kamu di antar sama siapa…?kenapa tidak di ajak masuk dulu atuh ke dalam rumah…?”
Asih menjawab pertanyaan ayahnya dengan senyuman
“Itu kang Panji…Bapak…Teman Asih…Kebetulan tadi Kang Panji sedang terburu-buru…katanya masih ada keperluan penting yang harus dia selesaikan, makanya Kang Panji tidak bisa masuk ke dalam rumah kita…”.
Pak Rohadi menganggukan kepalanya sambil berkata lembut
“Ya sudah geulis…tidak apa-apa mungkin lain kali kamu bisa memperkenalkannya ke Bapak… Eh iya, kebetulan, bapak mau meperkenalkan kamu dengan Jang Someh, beliau adalah anak pak Sabarudin, sahabat bapak waktu kecil….”
Asih melirik ke arah Jaka Someh yang sedang memandanginya. Asih tersenyum sesaat, sambil menganggukan kepalanya sekali. Lesung pipitnya terlihat begitu manis.
Mendapatkan senyum manis dari Asih, Jaka Someh merasa jiwanya mau terbang. Hatinya bergetar. Seumur hidupnya belum pernah dia merasakan suatu getaran aneh seperti itu. Entah karena belum pernah melihat seorang gadis ataukah karena dia merasa takjub melihat kecantikan Asih, jantungnya terus berdegup tidak karuan. Ada perasaan takjub melihat wajah Asih yang khas. Cantik dan fresh. Mungkin inilah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Jaka Someh baru saja mengalaminya.
Namun untunglah Jaka someh adalah seorang pemuda yang telah di didik dengan etika dan norma kesopanan. Meskipun terpesona dengan Asih namun dia mampu menahan diri untuk tidak mengumbar hawa nafsunya.