Kurasakan ia mengangguk. "Ya, kau benar."
Kami kembali dilanda hening, ada perasaan aneh yang menggelayut hatiku empat hari ini. Sejak peristiwa di rumah sakit. Kucoba mengalihkan dengan pekerjaanku, bahkan jika jadwalku kosong-kupaksa Reo dengan bantuanku. Tapi rupanya tak berhasil.
"Wil," pangilnya dengan nada yang pernah kukenal.
Aku hanya melirik.Â
"Aku,"
"Kenapa kau menipuku?" potongku,Â
"Aku, aku tak berniat jahat padamu,"
"Sungguh?" kutoleh dia, "Tapi kau melakukannya,"
"Wil,"
"Kau menjebakku, menyeretku  ke dalam sihir cintamu-lalu kauhempas seperti sampah!"
"Tidak-tidak sepenuhnya seperti itu," sahutnya dengan nada yang mulai bergetar.