"O resus negatif,"Â
Jawaban Nita membuatku diam, O resus negatif! Jadi itu sebabnya Reo membutuhkan bantuanku. Tanpa pikir panjang aku pun segera menuju ruang IGD.Â
Samar terdengar suara pertengkaran di ruang tunggu IGD ketika aku hampir sampai.
"Jawab aku, Lea. Dia anak siapa? Chiya anak siapa?" teriak pria itu lantang. Wajahnya merah dipenuhi amarah dan kekecewaan.Â
Dan seorang wanita yang hanya bisa menangis saat suaminya murka. Tak bisa kulihat wajah sang istri karena posisinya membelakangiku.
Langkahku kian mendekat hingga percakapan mereka mulai terdengar jelas. Pria itu menyentuh bahu istrinya, menatapnya tajam dengan sebuah tuntutan.
"Apa benar dia bukan anakku? Dia bukan anakku?" ada airmata yang meluncur dari bola matanya. Pria itu pastilah sangat menyayangi anaknya, hingga tergores luka yang begitu dalam saat ia mempertanyakan sebuah kebenaran.Â
"Maafkan aku, Pa!" isak wanita itu, "Tapi aku bisa menjelaskan semuanya,"
Pria itu melepas bahu istrinya, perlahan mundur tanpa melepaskan tatapannya yang dipenuhi rasa kecewa dan luka. Kepalanya menggeleng pelan.Â
"Wil,"
Suara Reo membuyarkan perhatianku pada sepasang suami-istri itu. Kuhampiri Reo,